Zata Dirayati Adani membuat kejutan atau lebih tepatnya skandal memalukan dalam sejarah catur Indonesia di turnamen Japfa FIDE rated 2025.
Menukil website catur masterpiechess.com, Zata terbukti melakukan kecurangan dengan bantuan kakaknya menggunakan komputer untuk menciptakan langkah presisi mengalahkan lawan lawannya.
Bagaimana ceritanya, simak artikel selengkapnya.
Dunia catur Indonesia sedang menghadapi skandal terbesar dalam sejarah. Turnamen JAPFA FIDE Rated 2025 yang seharusnya menjadi ajang unjuk bakat justru melahirkan pengkhianatan terhadap sportivitas.
Zata Dirayati Adani, seorang pecatur yang awalnya menjadi kejutan besar dalam turnamen ini, ternyata bukanlah seorang talenta jenius—ia adalah seorang penipu.
Kemenangan kontroversialnya atas Shafira Devi Herfesa, salah satu pecatur terbaik Indonesia yang baru saja lolos ke Piala Dunia Catur Wanita 2025, menjadi momen memalukan yang harusnya tidak pernah terjadi.
Ketika Bakat Sejati Takluk dari Kebohongan
Bayangkan ini: seorang pecatur muda, Shafira Devi Herfesa, baru saja memenangkan Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025, memastikan tempatnya sebagai wakil Indonesia di ajang Piala Dunia Catur Wanita.
Ia adalah harapan besar, seorang pemain berbakat yang telah berjuang keras untuk mencapai puncak.
Namun, di JAPFA FIDE Rated 2025, ia bertanding melawan Zata Dirayati Adani, seorang pemain yang awalnya tidak diperhitungkan tetapi tiba-tiba mencetak kemenangan beruntun melawan pemain-pemain berperingkat jauh lebih tinggi.
Saat mereka berhadapan di babak kedelapan, Shafira merasakan sesuatu yang ganjil. Langkah-langkah lawannya terlalu sempurna, terlalu presisi, seperti dimainkan oleh komputer.
Dan benar saja—Zata terbukti menggunakan bantuan chess engine!
Saat memasuki babak terakhir, Zata bertemu Ray McLung Gunawan. Wasit dan beberapa perangkat pertandingan yang mulai curiga menghentikan pertandingan pada langkah ke-16.
Kenapa? Karena wasit akhirnya menemukan handphone dan headset yang dia sembunyikan di balik pakaiannya. Zata mengakui bahwa ia mendapatkan bantuan dari kakak perempuannya yang menjalankan engine untuknya!
Seketika, segala kemenangan yang ia peroleh runtuh. Segala pencapaiannya di turnamen ini ternyata hanyalah ilusi, hasil dari kecurangan yang menghancurkan nama baiknya dan mencemarkan dunia catur Indonesia.
Apa yang terjadi di JAPFA FIDE Rated 2025 bukan sekadar skandal kecil—ini adalah pengkhianatan terhadap seluruh sistem kompetisi yang menjunjung tinggi kejujuran.
Shafira Devi Herfesa, seorang pecatur yang berjuang dengan kerja keras dan dedikasi, justru kalah dari seseorang yang tidak memiliki kehormatan.
Bagaimana mungkin seorang pecatur curang bisa menghentikan perjalanan seorang atlet berbakat yang sedang membawa nama Indonesia di ajang dunia?
Memalukan!
Saatnya Sanksi Keras!
Saat ini, PB Percasi telah mendiskualifikasi Zata dan memastikan ia tidak bisa bertanding di Kejurnas 2025. Tapi apakah itu cukup? TIDAK!
Kecurangan seperti ini tidak bisa hanya hukuman sanksi sosial. Ia harus menghadapi hukuman berat, termasuk larangan bertanding selama beberapa tahun, penghapusan rating, dan pembatasan akses ke kompetisi nasional maupun internasional.
Jika tidak, maka apa gunanya menjadi seorang atlet jika kecurangan bisa lolos begitu saja?
Di tengah skandal yang memalukan ini, Shafira Devi Herfesa tetap tegak berdiri sebagai simbol harapan Indonesia. Ia bukan hanya seorang pecatur berbakat—ia adalah wajah dari perjuangan sejati, seseorang yang tetap bermain dengan kejujuran, kerja keras, dan kehormatan.
Meskipun sempat kalah d ari pecatur curang, ia tidak berhenti. Sebaliknya, ia terus melangkah maju, siap membawa nama Indonesia ke panggung dunia di Piala Dunia Catur Wanita 2025.
Turnamen ini harus menjadi peringatan keras. Catur adalah permainan kejujuran—dan siapa pun yang mencoba merusaknya harus menerima konsekuensi keras.
Tidak ada ruang bagi pencuri kemenangan dalam dunia catur!
Profil Shafira Devi Herfesa, Si Cantik yang Gegerkan Publik Catur
Tidak ada komentar