Jeanne Mandagi tercatat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) pada tahun 1991. Dia menjadi Jendral Wanita Pertama di Indonesia di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kini memiliki beberapa Polisi Wanita (Polwan) bergelar jenderal.
Baca: Maria Maramis, Pendiri PIKAT yang Angkat Harkat Wanita
Sebut saja Irjen Sri Handayani, Brigjen Apriastini Bakti Bugiansri, Brigjen Juansih dan Brigjen Ida Oetari.
Hingga kini, tercatat ada belasan Polisi wanita yang berhasil meraih kehormatan memanggul bintang emas di pundaknya.
Namun, tahukah anda siapa Polisi Wanita pertama yang berhasil menjadi perwira tinggi di jajaran kepolisian?
Mandagi tercatat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) pada tahun 1991. Dia menjadi wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Wewene asal Minahasa Sulawesi Utara itu, menjadi pelopor, teladan dan inspirator bagi banyak Polwan, untuk meraih prestasi tertinggi berkarir di kepolisian.
Namanya juga diabadikan sebagai nama mess Polwan di Sumatera Selatan.
Jeanne Mandagi lahir 2 April 1937 di Manado, Sulawesi Utara. Dia mendapatkan pendidikan dasar hingga menengah pertama di Manado.
Jeanne kemudian melanjutkan pendidikannya di SMA Santa Ursula, Jakarta. Selanjutnya dia kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI) Jakarta dan meraih gelar sarjananya pada tahun 1963.
Semasa kuliah, Jeanne aktif di organisasi Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).
Usai kuliah, dia mencoba mendaftar di Kepolisian Republik Indonesia. Jeanne Mandagi resmi menjadi Polisi Wanita pada tanggal 1 Desember 1965.
Meniti karir di Polri, Jeanne begitu tertarik dan berkonsentrasi pada pencegahan penyalahgunaan Narkotika dan Obat-obatan terlarang (Narkoba).
Tahun 1974, dia mengambil kursus United Nations Regional Course on the Control of Narcotics. Setahun berikutnya Jeanne lanjut mendalaminya dengan mengambil kursus drug law enforcement di Washington, Amerika Serikat.
Usai mendapatkan sertifikasi dari pelatihan tersebut, dia kembali ke Markas Besar Polri di bidang Reserse Narkoba tahun 1976.
Tak lama berselang, tepatnya tahun 1980, Jeanne mendapatkan pangkat tiga bunga melati (kolonel), usai menyelesaikan pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Sesko ABRI).
Sejak itu, pemberantasan Narkoba di Kawasan Regional Asia Tenggara tak lepas dari perannya.
Buah pemikirannya dipakai untuk menjadi roadmap dalam pencegahan, pemberantasan dan rehabilitasi Narkoba.
Pada tahun 1985, dia menjabat sebagai Narcotics Desk Officer ASEAN.
Mandagi tercatat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen) pada tahun 1991.
Dia menjadi wanita pertama di Indonesia yang menyandang pangkat jenderal di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Penghujung karirnya, Mandagi menjabat Kepala Divisi Penerangan (Divisi Humas) Polri (1989-1992).
Memasuki masa purnabakti, dua institusi yang terkait pemberantasan Narkoba masih melibatkan ketokohan Jeanne Mandagi.
Jeanne menjadi penasihat ahli Kapolri dan Kooordinator ahli Badan Narkotika National (BNN).
Bukan hanya itu, Jeanne Mandagi menjadi Ketua Asosiasi Purnawiran Penegak Hukum Anti Narkotika Indonesia (AP2ANI).
Kepeduliannya dalam dunia pemberantasan dan pencegahan narkoba memang begitu total. Nama Mandagi juga tercatat sebagai pendiri Yayasan Permadi Siwi sebagai pusat rehabilitasi pecandu narkotika.
Brigjen (purn) Jeanne Mandagi tutup usia pada 7 April 2017. Dia wafat pada usia 80 tahun dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Dia meninggalkan seorang anak Venida Regina Mandagi.
Jeanne Mandagi kini dikenang sebagai pendekar melawan Narkoba. Bukan hanya soal pemberantasan, tapi pencegahan dan rehabilitasi. Mandagi juga adalah tokoh yang peduli dengan anak dan perempuan.
Jeanne Mandagi Jendral Wanita Pertama di Indonesia menjadi inspirator banyak wanita. Dia juga mengajarkan banyak hal tentang tekad, kegigihan perjuangan serta loyalitas untuk bangsa dan negara.
Penulis: F. G. Tangkudung
Tidak ada komentar