Vaksin Nusantara Dapat Penolakan

Bang Kipot
21 Feb 2021 15:21
Berita 0 308
3 menit membaca

Pro kontra saling bersahutan menyikapi hadirnya vaksin Nusantara prakarsa mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto.

Vaksin dengan teknologi sel dendritik itu hadir untuk melawan pandemi Corona Virus Disesase 2019 (Covid 19) di Indonesia.

Pengembangan vaksin melibatkan kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Aivita Biomedical Corporation, Amerika Serikat.

Baca: PDIP Serang Jokowi Soal Vaksin, di Majalaya Mati 12

Vaksin bernama awal Joglosemar tersebut sudah melewati uji klinis tahap pertama di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dokter Kariadi, Semarang. Kini vaksin Nusantara akan memasuki uji klinis tahap II.

Jika mulus, bulan Mei, penemuan tersebut sudah bisa mendapatkan izin pemakaian darurat.

Terawan Agus Putranto mengatakan hal ini adalah sebuah revolusi pembuatan vaksin, berdasarkan individual.

Dia berharap, Indonesia segera memproduksi massal hasil penelitian anak bangsa, jika  lolos uji klinis semua tahap.

 “Produksi  Vaksin Nusantara bisa hingga 10 juta dosis setiap bulannya,” yakinnya, Selasa (16/2/2021).

Terawan ingin Bangsa Indonesia mampu dan mandiri dalam memproduksi vaksin Covid-19.

“Vaksin ini hanya satu kali suntik seumur hidup. Bisa untuk semua lansia, komorbid, penderita hipertensi juga autoimun,” jelasnya.

Banyak pihak yang bangga dan mendukung langkah anak bangsa tersebut untuk menciptakan vaksin Nusantara.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono memuji prakarsa Terawan tersebut.

“Para netizen bangsa yang patriotik pasti akan merasa bangga terhadap penemuan vaksin Nusantara oleh dokter Terawan Agus Putranto,” kata Hendropriyono.

Dia memuji Terawan dan tim sebagai pahlawan kemanusiaan, yang tetap bekerja melawan Covid-19.

Yang menarik, profesor intelijen tersebut mengingatkan agar vaksin itu terlindungi dari tangan kapitalis.

“Hasil penemuan itu perlu perlindungan agar bebas dari bayang-bayang feodalisme intelektual serta manipulasi bisnis para kapitalis domestik dan mancanegara,” tambah dia.

Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan juga ada di posisi sama. Dia menilai teknologi vaksinasi berbeda dengan Vaksin Sinovac atau Pfizer.

“Sinovac menggunakan cara lama, menyuntikkan virus yang sudah dilemahkan. Lain lagi Pfizer, dengan rekayasa RNA. Vaksin Nusantara beda, kurang lebih mirip stem cell,” jelasnya.

Dahlan optimis Indonesia bisa menyalip bak Schumacher atau Rossi dalam balapan penemuan Vaksin di dunia.

“Johnson & Jhonson menyalip Pfizer dan AstraZeneca, cukup satu kali suntik. Pfizer menyalip Sinovac dalam hal afikasi dengan 95 persen. Kini Vaksin Nusantara Terawan akan menyalip banyak tikungan sekaligus,” kata DI.

Dia juga meminta pemerintah memberikan kesempatan sama kepada peneliti Vaksin Nusantara, meski Terawan rencananya akan menjadi Dubes RI di Spanyol.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar yang turut mengawasi uji klinis, juga sangat mengapresiasinya.

Sayang, beberapa pihak justru terlihat keras menentang vaksin Nusantara prakarsa Terawan.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono menyebut Terawan memaksakan keinginannya dalam pengembangan Vaksin Nusantara dengan kewenangannya, ketika menjabat Menkes.

“Vaksin Nusantara bukan vaksin Covid 19, tapi hanya metode untuk mengobati kanker. Selain itu, sel dentritik perlu peralatan canggih, dan potensi risiko. Itu tidak layak untuk vaksin massal,” katanya.

Dia meminta pemerintah menghentikan pembuatan vaksin tersebut karena menggunakan anggaran pemerintah.

Setali tiga uang, Ketua Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban ragu jika Vaksin Nusantara menciptakan antibodi seumur hidup.

“Jika mau bicara klaim, tentu harus ada data. Harus dengan evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung,” katanya.

Sebenarnya, bukan kali ini saja Terawan mendapat tentangan.

Dokter sekaligus Jenderal yang melek dengan penemuan baru di dunia medis itu pernah juga mendapat tentangan. Bahkan dia kena pecat dari keanggotaan induk profesinya.

Waktu itu, dia memunculkan adalah inovasi metode medis Brainwash, untuk penderita stroke. Tak tanggung-tanggung, klaim Terawan, sudah lebih 40 ribu pasien yang merasakan pengobatannya.

Baca: KPK Digugat Karena Korupsi Bansos

Ketika itu, untuk membela Terawan, banyak tokoh besar juga ramai-ramai mengeluarkan testimoni atas perubahan tubuh pasca pengobatan Brainwash. (kay)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *