Thierry Henry kemudian berlatih bersama dua striker berkelas Arsenal, Denis Bergkamp dan Nwankwo Kanu.
Waktu itu Perancis terus merotasi beberapa pemain depannya untuk mendapatkan komposisi yang tepat.
Christophe Dugarry lebih menjadi pilihan utama ketimbang Silvaiyn Wiltord, David Trezequet, Nicholas Anelka dan Thiery Henry. Youri Djorkaeff yang notabene adalah seorang gelandang menyerang juga sering menjadi ujung tombak.
Namun, dua tahun berselang keadaan berubah, semua striker Perancis berubah menjadi striker kelas satu. Mereka bertransformasi dari striker ecek-ecek menjadi striker menakutkan di klub masing-masing.
Namun, banyak pihak yang menilai perkembangan Thierry Henry adalah yang paling pesat. Sempat menjadi pemain terbaik Perancis di tahun 1996, dia justru tidak berkembang saat bermain untuk Juventus dari AS Monaco.
Arsene Wenger yang sudah mencium bakat besarnya saat menjadi pelatih AS Monaco langsung melihat peluang itu. Wenger langsung meminta manajemen untuk segera membeli Henry meski terkesan menjadi pemain gagal di Juventus.
Bergabunglah Henry dengan Arsenal dengan kontroversi harga yang terbilang mahal untuk pemain gagal. Namun Arsene Wenger bergeming, dia yakin pilihannya tak salah karena sudah tahu luar dalam kualitas Henry sebenarnya.
Belalajar banyak dari keduanya,dengan modal kecepatan berlari yang super, Henry akhirnya mulai menjadi striker menakutkan.
Henry akhirnya menjadi ahli dalam tendangan plesing, keahlian dari Bergkamp dan Kanu. Dia menjadi pelopor gol-gol tendangan plesing ketika sedang berlari cepat.
Berbeda dengan gol-gol powerfull dari Batistuta, Henry lebih memilih akurasi sempurna dengan kekuatan tendangan ala kadarnya yang tak bisa terjangkau kiper lawan.
Dengan lini tengah yang komplit, Arsenal menjadi kekuatan yang menakutkan di liga Inggris.
Tim asal kota London itu berhasil menjadi juara Liga Inggris dua kali, musim 2001-2002, 2003-2004 mematahkan dominasi Manchester United.
Bahkan di musim 2003-2004 Arsenal menorehkan rekor luar biasa sebagai tim Untouchable atau tidak tersentuh kekalahan. Rekor yang mungkin sangat sulit terpecahkan tim manapun.
Di Level timnas, Henry bersama David Trezequet menjadi kunci Prancis meraih piala Eropa tahun 2000. Di partai Final saat menghadapi Italia, Henry menyumbang satu gol di partai Final.
Serangan-serangan Prancis akhirnya bisa mendobrak pertahanan grendel berlapis pemain-pemain bertahan terbaik dunia seperti Paolo Maldini, Alessandro Nesta dan Fabio Cannavararo serta kiper Fransesco Toldo.
Sepeninggal pemain-pemain senior seperti David Seaman, Tonny Adams, Sol Campbel, Nwankwo Kanu, Dennis Bergkamp, dan Patrick Viera, Henry akhirnya menjadi kapten tim Arsenal.
Dia menjadi mentor buat pemain-pemain muda seperti Robin Van Persie dan Cesc Fabregas. Setelah merebut Piala dunia Piala Eropa dan Piala Konfederasi di level timnas serta meraih gelar liga Inggris dan piala FA di tingkat klub, masih ada mimpi besar Henry yang gagal terwujud saat masih bersama the best winning team Arsenal.
Tahun 2006, Arsenal sempat nyaris meraih gelar Champion ketika di partai final unggul atas Barcelona. Sayang Barcelona juga yang memiliki tim dengan materi setara Arsenal dengan Superstar Ronaldinho dan wonder kid Lionel Messi berhasil membalikkan keadaan dan menjadi juara liga Champion.
Sayang di partai Final, Italia membalaskan dendam kekalahannya di tahun 2000 lewat adu penalty. Publik mengingat partai ini dengan tandukan Zidane kepada Marco Materazzi.
Frustasi tak kunjung meraih Liga Champion bersama Arsenal, akhirnya dia menyerah. Dia akhirnya bersedia pindah ke Barcelona di penghujung karirnya.
Kepindahan tersebut menjadikan Barcelona tim yang super dahsyat dalam penyerangan, karena punya empat penyerang terbaik dunia, fantastic four (Ronaldinho, Etoo, Messi dan Henry).
Sayang, Henry lebih banyak bermain setelah terlebih dahulu menjadi penghangat bangku cadangan.
Dia juga membawa Barcelona juara Liga spanyol dua kali serta meraih piala Super Spanyol, Super Eropa dan Piala dunia antarklub.
Keberhasilan meraih sejumlah piala di Barcelona membuat Thierry Henry menjadi satu-satunya pemain yang berhasil meraih semua trofi untuk sebuah tim.
Sayang untuk penghargaan tertinggi individu tak menjadi yang terbaik. Dalam dua musim terbaiknya bersama Arsenal saat pengumuman, dia kalah dari mantan rekan-rekannya di Juventus.
Di tahun 2003, dia hanya menjadi Runner up di bawah pavel Nedved. Sedangkan tahun 2006, Dia meraih posisi ketiga di bawah Fabio Cannavaro dan Gianluigi Buffon.
Namun Henry tetaplah Henry yang sudah membawa sepakbola modern menjadi lebih atraktif dengan gol-gol plessing. Dia dikenal menjadi raja gol saat menjadi pemain di sejumlah klub.
Total dia menyarangkan 274 gol di level klub dan 51 gol untuk timnas perancis.
Baca juga: Pele, Pesepakbola Terbesar Sepanjang Masa
Publik sepakbola menyanjungnya dan menempatkan Henry di jajaran penyerang terbaik yang pernah lahir di dunia sepakbola.
Penulis: Bang Kipot
Tidak ada komentar