Mungkin banyak yang belum tahu sejarah Hari Pers Nasional (HPN) pada tanggal 9 Februari.
Sejarah Hari Pers Nasional bermula saat pelaksanaan Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ke-28 tahun 1978 di Padang, Sumatera Barat.
Baca: Waruga, Sarkofagus Historis di Utara Minahasa
Dalam keputusan kongres tersebut, salah satu butirnya adalah mengusulkan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional. Tanggal tersebut merupakan hari lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Dewan Pers kemudian menyetujui usulan tersebut tiga tahun berselang dan meneruskannya kepada pemerintah. Kongres meminta pemerintah menetapkan tanggal tersebut menjadi Hari Pers Nasional.
Gayung bersambut, pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 tahun 1985 tentang penetapan tanggal 9 Februari sebagai Hari Pers Nasional atau HPN.
Penandatanganan Keppres tersebut oleh Presiden Soeharto terjadi pada 23 Januari 1985. Dalam keputusan tersebut, menjelaskan bahwa pers nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.
Sebelum Indonesia merdeka, sebenarnya para wartawan pribumi sudah memiliki organisasi yaitu Inlandsche Joernalisten Bond (IJB) bentukan tahun 1924. Perintisnya adalah Sarotomo (redaksi berkala Sarotomo, Surakarta) dan tokoh Sarekat Islam bernama Sumarko Kartodikromo.
Pada tahun 1931, berdiri Persatoean Kaoem Journalis dengan Saerun sebagai ketua, serta Wigjadisastera (Kantor Berita Het Indonesische Pers Agentschaap, Bogor) dan Parada Harahap (Bintang Timoer, Jakarta) sebagai wakil ketua dan sekretaris.
Pada Desember 1933, para wartawan Indonesia menggelar rapat untuk membentuk Persatoean Djoernalis Indonesia (PERDI). Sejumlah tokoh penting menjadi anggota PERDI antara lain Wage Rudolf Supratman, Mohammad Yamin, A.M. Sipahutar, Sumanang dan Adam Malik. Kedua nama terakhir merupakan pendiri Kantor Berita Nasional Antara pada tanggal 13 Desember 1937.
Sejak dulu, Pers adalah salah satu alat utama dalam mencapai kemerdekaan. Surat kabar Boemipoetera yang terbit sejak Juli 1909 merupakan penerbitan pertama berunsur Indonesia masa kolonial Belanda. Pada November 1916, juga muncul koran pertama yang memakai kata merdeka, yakni Benih Merdeka. Tagline pun nyata, ‘Organ oentoek menoentoet keadilan dan kemerdekaan’.
Tahun 1942, Dunia pers Indonesia sempat mendapatkan pengawasan ketat oleh pihak Jepang dengan Undang-undang Pemerintah (Osamu Seiri) No. 16 tentang Pengawasan Badan Pengumuman, Penerangan dan Penilikan Pengumuman,”.
Usai menyatakan kemerdekaan pada 1945, barulah bermunculan sejumlah surat kabar berwajah Indonesia. Sebut saja, Berita Indonesia (September 1945), Merdeka (Oktober 1945), Rakjat (1945), Semangat (Oktober 1945) dan sejumlah media lain.
Tanggal 9 Februari 1946, terbentuklah PWI di Surakarta dengan ketua Mr. Sumanang Surjowinoto dan sekretaris Sudarto Tjokrosisworo. Pembentukan wadah ini bertujuan sebagai ajang bertukar pikiran para wartawan yang ada.
Sejak itu, setiap tanggal 9 Februari diadakan kongres PWI. Hingga akhirnya tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Pers Nasional.
Penulis: Efge Tangkudung
Tidak ada komentar