Sarundajang Temui Duterte, Abu Sayyaf Bebaskan 3 WNI

F. G. Tangkudung
20 Sep 2018 09:06
Berita 0 133
3 menit membaca

Mantan Gubernur Sulawesi Utara, Sinyo Harry Sarundajang menjadi tokoh sentral dalam pembebasan tiga Warga Negara Indonesia. Sebelumnya, mereka menjadi sandera kelompok garis keras Abu Sayyaf di Filipina.

Tiga WNI yang berprofesi sebagai nelayan tersebut tertangkap ketika melaut  sejak 20 bulan lalu tepatnya pada 18 Januari 2017. Ketiganya bebas, Sabtu (15/9/2018) sekitar pukul 14.00 Wita dalam kondisi sehat.

WNI asal Sulawesi Selatan tersebut adalah Sudarling bin Samansunga  dan Hamdan bin Saleng (keduanya asal Selayar) dan Subandi bin Sattu asal Bulukumba.

Pemerintah Filipina sudah menyerahkan mereka kepada pemerintah RI. Serah terima tiga warga Indonesia berlangsung di kantor Kementerian Luar Negeri, Selasa, (18/9/2018).

Serah terima langsung melibatkan Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir dan Duta Besar RI untuk Republik Filipina, Sinyo Harry Sarundajang.

Dir Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal kepada media memuji upaya Sarundajang dalam pembebasan sandera tersebut.

Dia menyebut pemerintah RI sangat berhati-hati dalam menyelamatkan para WNI yang menjadi sandera. Sarundajang bahkan sampai menemui Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memastikan keselamatan mereka.

“Pemerintah melakukan tiga hal, pertama perjuangan politik. Hal ini yang jadi langkah Dubes Sarundajang ketika menggelar pertemuan bilateral,” katanya.

Kata Iqbal, pihaknya juga melakukan komunikasi di lapangan termasuk memberikan keyakinan kepada keluarga, jika para WNI tersebut masih hidup.

Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Sinyo Harry Sarundajang menjelaskan, butuh waktu kurang lebih 20 bulan untuk bisa membebaskan tiga WNI tersebut.

Hebatnya, pembebasan tiga WNI tersebut tanpa uang tebusan seperti kebiasaan penculik. Mereka biasanya meminta kompensasi uang kepada negara asal sanderanya.

“Kasus ini harus mendpat penanganan hati-hati. Di Filipina, banyak pulau kecil yang berjauhan. Penculik bisa berpindah-pindah untuk menghindari operasi militer Filipina. Risikonya besar jika penculik merasa terintervensi,” katanya.

Mantan bakal calon presiden RI ini, mengaku lega bisa menunaikan tugasnya. Meski begitu dia mengaku harus segera menuntaskan misinya, karena masih tersisa dua WNI yang jadi sandera.

Yang menarik, Sarundajang mengatakan kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan sudah terbasmi habis.

Sarundajang menerangkan, gembong kelompok garis keras ini sudah tewas dalam operasi militer Filipina. Para anggota yang berhasil lari menurutnya, kini tinggal membentuk faksi.

Sarundajang dan Duterte memang memiliki hubungan persahabatan sejak lama.

Keduanya menjadi sahabat kental ketika Duterte menjabat Walikota Davao di Filipina dan Sarundajang menjadi Gubernur Sulawesi Utara.

Sulawesi Utara merupakan Provinsi terluar bagian utara yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Duterte memimpin Filipina sejak 30 Juni 2016.

Baca juga: Ini Misi Sarundajang sebagai Dubes RI untuk Filipina

Informasi, para WNI yang diculik kelompok garis keras Filipina tersebut bekerja di kapal  penangkap ikan Malaysia. Mereka diculik ketika sedang melaut  di Perairan Taganak, Sabah, Malaysia, 18 Januari 2017. (kay).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *