Resesi Global Mengancam 2023, Apa Sebab dan Akibatnya?

F. G. Tangkudung
6 Okt 2022 11:12
Pustaka 0 3151
2 menit membaca

Resesi Global Mengancam

Bank Dunia memperingatkan adanya Resesi Global yang mengancam tahun 2023. Setali tiga uang, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengingatkan hal yang sama.

Apa itu Resesi?

Dari etimologi, Resesi berarti kemerosotan. Secara umum, resesi bermakna kelesuan dalam bidang ekonomi, perdagangan dan industri.

Pada keadaan normal, pertumbuhan ekonomi bebanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat. Indikatornya bisa terlihat dari Produk (Gross) Domestik Bruto (GDP).

Dalam ekonomi makro, Resesi adalah kondisi ketika GDP mengalami penurunan, atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif dalam 2 kuartal atau lebih, dalam satu tahun.

Baca juga: Pintu: Investor Pintar dan Aplikasi Beli Crypto Terpercaya

Sederhananya, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi mencakup produksi, konsumsi dan investasi dalam waktu yang cukup lama.

Sebab Resesi Global

Bank Dunia mengemukakan, faktor utama resesi 2023 terpicu ketika bank sentral seluruh dunia menaikkan suku bunga secara bersamaan sebagai jawaban atas inflasi.

Data Bank Dunia menyebut, perekonomian global mengalami perlambatan paling tajam, sejak tahun 1970.

Pandemi Covid 19, konflik Rusia-Ukraina, krisis energi dan pangan, serta inflasi dalam waktu bersamaan, jadi penyebab utama,. Ini menjadi indikator resesi global dengan risiko mengerikan.

Hal ini mulai terlihat ketika negara seperti Sri Lanka, Pakistan dan Argentina bangkrut.

Akibat Resesi

Risiko yang akan terjadiRe imbas dari resesi global cukup menakutkan.  Akan terjadi kenaikan harga, kurangnya lapangan kerja, pemutusan hubungan kerja yang berujung pengangguran dan kemiskinan.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati menyebut triple horror saat ini yakni risiko inflasi, suku bunga tinggi dan perlambatan ekonomi.

Solusi

Namun, ada secercah harapan untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi. Menurut Bank Dunia, para pembuat kebijakan harus segera mengalihkan fokus dari konsumsi ke peningkatan produksi.

Hal ini untuk menekan inflasi, menciptakan stabilitas mata uang dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Langkah pengetatan kebijakan moneter dan fiskal juga sudah terbukti membantu mengurangi inflasi.

Para pembuat kebijakan pun perlu memperkuat cadangan devisa, memberi bantuan pada rumah tangga miskin dan menfasilitasi para pengangguran.

Hari Batik Nasional, Akhiri Klaim Milik Malaysia

Selain itu, perlu percepatan transisi ke sumber energi rendah karbon, pengenalan langkah konsumsi energi serrta penguatan jaringan perdagangan global.(*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *