Rambut Putih dan Film Biru

F. G. Tangkudung
29 Apr 2023 13:49
Opini 0 125
2 menit membaca

“Kalau saya menonton film biru, salahnya di mana?”  GP

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) resmi mengutus si rambut putih, Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden di ajang Pilpres 2024. Sayang, belum seminggu deklarasi, kini Pranowo sudah lekat dengan predikat Capres penyuka film biru.

Tentu saja, predikat itu akan terus menjadi konten kampanye negatif mendegradasi Ganjar hingga hari H nanti.

Jejak digital begitu kejam. Ganjar memang pernah secara blak-blakan sambil tertawa polos mengakui dia suka menonton film biru. Waktu itu dia bersama Deddy Corbuzier dalam sebuah podcast tahun 2019.

Pernyataan Pranowo waktu itu mungkin bagi dia tidak salah. Sebagai seorang lelaki normal. Tak akan berbuntut sanksi pidana. Tapi dia lupa, secara etika, hal itu tak pantas dia sebutkan sebagai pejabat publik. Dia adalah gubernur juga kader PDIP.

Mengumbar hal privasi di depan publik sambil tertawa polos, punya implikasi sosial. Meski pernyataan pribadi, itu tetap akan menyeret statusnya sebagai gubernur Jawa Tengah dan petugas partai DIP.

Parahnya, bisa jadi itu akan jadi contoh guyonan para anak muda.

Banyak pihak maklum dan mafhum, saat itu mungkin Pranowo tak pernah bermimpi bakal menjadi calon presiden dari partainya.

Status penyuka film biru, tentu saja bukan satu-satunya konten negatif yang akan mendiskreditkan Pranowo. Sudah pasti, akan ada konten fakta persidangan terkait korupsi e-KTP yang menyebut namanya.

Belum cukup itu, ada juga file serangan petugas partai lain seperti Bambang Pacul atau Trimedya Panjaitan mulai dari prestasi, kinerja sampai attitude yang menelanjangi Ganjar Pranowo.

Atau yang terbaru, soal kenekatan si rambut putih ‘membatalkan’ Piala Dunia Junior di Bali.

Bukan cuma tentang menghancurkan mimpi para anak muda dan penggemar sepakbola. Tapi juga soal kerugian triliunan rupiah. Belum lagi jika ada isu liar semacam pro kapitalis, keturunan PKI atau ijazah palsu.

Begitulah politik, untuk memilih presiden publik pasti akan memilih sosok nyaris sempurna bak malaikat. Pun, memang sudah sepantasnya mencari pemimpin yang paling banyak kelebihannya, juga paling sedikit kekurangannya.

Megawati Soekarnoputri (juga Jokowi) sudah membuat keputusan dengan segala pertimbangannya. Pencalonan Pranowo bisa jadi sebuah keputusan tepat, sebaliknya mungkin juga sebuah blunder bagi PDIP. Apalagi kembali meninggalkan Prabowo Subianto.

Pada akhirnya, pilihan ada di tangan lebih dari 205 juta rakyat Indonesia yang punya hak suara. Masyarakat kini sudah begitu pintar menelusuri rekam jejak digital para calon, bukan terlena pencitraan semu di media sosial. Atau percaya warta hoax untuk penggiringan opini dari para buzzeRp.

Biar waktu yang menjawab.

Baca: PDIP Pilih Pranowo, Bagaimana Nasib Prabowo?

“Salah saya di mana?…, wong saya suka kok,” (fgt)