Kedekatan Prabowo-Erick Thohir saat laga Indonesia vs Argentina, Senin (19/6/2023) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta cukup menyita perhatian.
Keduanya tampak saling respek mempersilakan untuk duduk di samping Presiden RI, Joko Widodo. Publik mulai menjodohkan keduanya untuk menduduki pucuk eksekutif RI, 2024-2029.
Rasanya, saat ini pasangan ini cukup paripurna dan memiliki potensi untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024. Jika menilik lebih jauh, banyak alasan penguat kemenangan jika keduanya bersanding. Erick Thohir bakal melengkapi kekurangan Prabowo Subianto.
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto kini menjadi calon presiden paling besar peluangnya. Posisi Prabowo berada di zona strategis. Dia bisa menjadi representasi status quo, namun juga bisa mewakili perubahan.
Ini berarti posisi Prabowo berada di tengah-tengah Ganjar Pranowo yang gamblang mewakili jargon ‘Lanjutkan’ dan Anies Baswedan yang kukuh dengan semangat ‘Perubahan’.
Dengan tiga pasangan calon di Pilpres 2024, kejadian Pilkada Jakarta 2017, bukan tidak mungkin akan terulang. PDIP bersama Ganjar Pranowo tampaknya sulit meraih hasil 50 persen +1. Itu berarti pertandingan akan berlanjut ke putaran dua. Jika Anies Baswedan berada di posisi tiga, hampir pasti mayoritas pemilihnya, akan memberikan dukungan ke Prabowo Subianto.
Tentu saja, publik langsung teringat kekalahan Basuki Tjahaya Purnama di putaran dua Pilkada Jakarta 2017, meski menang di putaran satu. Hal ini kemungkinan bakal terulang di Pilpres 2024.
Dalam berbagai kesempatan, Erick Thohir tampak menunjukkan kedekatannya dengan ormas Nahdlatul Ulama (NU). Secara matematis, dalam setiap kontestasi Pilpres, NU menjadi kunci kemenangan pasangan calon Pilpres. Siapa yang lebih banyak mendapat restu NU, dialah pemenangnya. Wajar memang, melihat jumlah anggota NU saat ini.
Mungkin debatable menyebut Erick Thohir representasi NU. Namun, kedekatannya dengan NU sudah cukup menjadi puzzle pelengkap buat Prabowo untuk meraih kemenangan.
Nama Erick Thohir mendapat banyak simpati ketika mulai memegang tongkat komando di PSSI. Teranyar, mantan pemilik klub Inter Milan itu mendatangkan juara dunia, Argentina ke Indonesia. Hal ini makin melambungkan namanya sebagai tokoh tak banyak bicara, namun langsung berbuat.
Bayangkan, publik sepakbola Indonesia yang masuk dalam kategori swing voters, tentu saja tak akan ragu menjatuhkan pilihan untuk Erick Thohir.
Prabowo Subianto sebagai menteri Pertahanan dan Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Dua posisi paling strategis dalam Kabinet Indonesia. Dua pos itu, sudah jelas membuktikan, dua tokoh ini memahami sepenuhnya kondisi dan posisi Indonesia.
Ada Uang Abang sayang, Tak Ada Uang Abang Melayang. Faktor ini bakal menjadi penentu akhir dalam kontestasi. Para politisi sering berdalih, bukan money politics tapi cost politics. Istilah yang sangat tipis batasannya. Tak perlu mengulas jauh berapa rekening Prabowo Subianto dan Erick Thohir.
Dengan amunisi tersebut, rasanya semua pendukungnya akan dengan leluasa bergerak tanpa mengeluhkan biaya operasional.
Power Prabowo-Erick Thohir tak perlu ulasan mendalam. Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra sudah pasti memiliki mesin politik dan massa militan.
Pun begitu dengan Erick Thohir, sejak dia mengabdi untuk negeri, sudah banyak muncul relawan militan pendukungnya. Kombinasi keduanya, jelas akan menjadi lawan berat buat Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Sama halnya dengan Erick ketua PSSI, jangan lupa juga Prabowo juga adalah ketua IPSI yang menyumbang 14 medali emas dan turut menjadi mengantarkan Indonesia menjadi empat besar Asian Games 2018.
Pada akhirnya, penentuan calon wakil presiden dari Prabowo Subianto masih berproses. Tentu saja, Prabowo akan terus berhitung matang untuk memuluskan impiannya RI 1. Bisa saja ada lobi tingkat tinggi, Prabowo membujuk Cak Imin memberikan undangan kompetisi ke Erick Thohir.
Biar waktu yang akan menjawab. (fgt)
Tidak ada komentar