Pilih Mana, Jadi Orang HEBAT atau Orang BAIK?

Bang Kipot
13 Nov 2020 11:49
Opini 0 362
4 menit membaca

“Memang baik menjadi orang HEBAT, tapi jauh lebih hebat menjadi orang BAIK”

Kalimat itu kini menjadi perdebatan satire di masyarakat, soal siapa pemenang Pilgub Sulut 2020.

Memang, kata ‘HEBAT’ dan ‘BAIK’ kini menjadi identik dengan dua pasangan calon Gubernur Sulut 2020.

Tanpa mengecilkan pasangan ketiga, dengan berbagai parameter, kini praktis tinggal dua pasangan calon bersaing ketat.

Baca: Catatan Ringan Usai Debat II Pilgub Sulut

Pasangan Christiany Eugenia Paruntu-Sehan Landjar kini tampil menjadi penantang serius petahana Olly Dondokambey-Steven Kandouw.

Pasangan nomor 3, petahana Olly Dondokambey-Steven Kandouw memang selama ini identik dengan kata HEBAT, jargon partai asalnya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Tanpa nyana, Christiany Eugenia Paruntu muncul dengan tagline ORANG BAIK sebagai paradoks sekaligus mendegradasi makna kata HEBAT.   

Bersama pasangannya, CEP-Sehan Landjar mengusung slogan SULUT BANGKIT, yang langsung menawarkan gerbong baru untuk publik Sulawesi Utara.

Keduanya menjanjikan lokomotif lebih bertenaga yang ingin melaju menuju perubahan besar.

Jelang detik-detik pemungutan suara, strategi tersebut tampaknya cukup berhasil.

Perlahan tapi pasti, perolehan kantong suara pasangan CEP-Sehan meningkat signifikan dibanding saat awal penetapan calon.

Terlebih setelah melalui debat antar pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Pertarungan CEP-Sehan Vs ODSK jelas bakal menjadi pertaruhan prestise dua partai besar dan tua. Golkar Vs PDIP.

KINERJA

Harus diakui, pasangan ODSK cukup berhasil dalam pembangunan di beberapa bidang. Infrastruktur di Sulut berkembang pesat.

Meski begitu, banyak pihak menyebut beberapa keberhasilan adalah hasil keringat gubernur terdahulu, Sinyo Harry Sarundajang. Termasuk tol Manado Bitung dan KEK Bitung.

Beralih ke pasangan rival, Christiany Eugenia Paruntu juga cukup sukses sebagai Bupati. Kabupaten Minahasa Selatan berubah drastis, jika membandingkannya dengan satu dasawarsa silam.

Ganjaran atas keberhasilannya itu, Paruntu bahkan nyaris menjadi menteri Jokowi ketika dipanggil ke istana untuk wawancara. Sayang, dia ‘terjegal’ di detik akhir.

Sang wakil, Sehan Salim Landjar pun sukses membangun Kabupaten Bolmong Timur selama dua periode. Dengan gaya dan pembawaannya yang unik, Landjar begitu dekat dengan masyarakat.

Yang paling teringat publik adalah keberanian Landjar membela warganya hingga membuat namanya menghiasi headline media nasional.

Ketika awal pandemi Covid-19, Landjar tanpa gentar mengritik keras kebijakan para menteri di tingkat pusat dalam penanganan di daerah.

Langkah itu bermula karena dia tak rela melihat rakyatnya makin susah di kala krisis. Hasilnya, beberapa menteri mengubah kebijakannya, membenarkan pola pikir Landjar yang out of the box.

Hal menarik lain, nama Presiden Jokowi secara tidak langsung terseret dalam pertarungan pasangan CEP-Sehan dengan Olly-Steven.

Dalam beberapa kesempatan, pasangan petahana selalu memamerkan dan membanggakan kedekatannya dengan Presiden Jokowi, sesama kader PDIP.

Belum lagi ‘ancaman’ proyek multiyears yang hanya bisa berlanjut, jika pasangan ODSK terpilih. Sebuah pernyataan yang normatif berbau politis tapi masih bisa masuk logika.

Namun, hal itu tampaknya tak bisa lagi menjadi kartu truf pasangan ODSK. Pasangan usungan partai Golkar, PAN dan partai Demokrat ini punya antitesisnya.

Bukan rahasia umum, Presiden Jokowi diketahui memiliki kedekatan emosional dengan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.

Tak tanggung-tanggung, kini Airlangga menjabat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia.

Airlangga bahkan disebut-sebut sebagai tiga orang paling dipercaya Jokowi selain Luhut Binsar Panjaitan (LBP) dan Erick Thohir di luar lingkaran PDIP.

Sampai di titik ini, 1000 persen Presiden Jokowi jelas tak akan memihak. Itu berarti, siapapun yang terpilih nanti, sejumlah megaproyek di Sulut akan tetap berjalan.

Ketokohan Airlangga Hartarto akan ditopang Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan yang terkenal piawai membentangkan layar untuk melihat angin berhembus.

Pun dengan Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang kini menjadi idola para milenial.

Kecuali itu, AHY punya mentor luar biasa, maestro politik Indonesia, yang tak lain adalah sang ayah, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kombinasi Airlangga-Zul-AHY akan melawan intuisi politik Ketum PDIP, Megawati yang mulai meredup.

Baca: ODSK Menang Pilkada 2015 karena Faktor Jokowi, Sekarang?

Kini masyarakat Sulut, harus menimbang, menganalisa dan membuat pilihan secara rasional.

Lanjutkan atau Perubahan? Jadi HEBAT atau BAIK?

Tanggal 9 Desember nanti, jawabannya akan tersaji. (redaksi)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *