Pilgub Sulut, Bandwagon Effect Vs Silent Majority

F. G. Tangkudung
5 Des 2020 15:44
Opini 0 209
3 menit membaca

Hari Pemungutan suara Pemilihan calon Gubernur Sulawesi Utara 9 Desember 2020, tinggal hitungan jam.

Baca: Kunjungi Bawaslu Minut, Rahmat Bagja Lakukan Hal Ini

Tiga pasangan calon, Christiany Paruntu-Sehan Landjar, Vonny Panambunan-Hendry Runtuwene dan Olly Dondokambey-Steven Kandouw, kini menanti keputusan mayoritas masyarakat Sulawesi Utara.

Jelang hari pencoblosan, masyarakat Sulawesi Utara agak riuh merespon publikasi salah satu lembaga survei. Yang jadi sumber perdebatan, bagi sebagian pihak hasilnya agak irasional.

Setiap lembaga survei sejatinya memiliki metodologi dan cara perhitungan masing-masing. Sisi lain, masyarakat juga punya nalar dan logika untuk berhitung sederhana.

Setiap kali ajang pesta demokrasi tiba, sudah menjadi hal lazim, muncul sejumlah lembaga survei.

Meski begitu, banyak kejadian yang menunjukkan hasil survei tak selamanya berbanding lurus dengan hasil penghitungan suara. Jejak digital masih berseliweran.

Catatan tertua tentang survei jelang Pemilu, terjadi tahun 1824 saat The Aru Pennsylvanian memprediksi Andrew Jackson mengalahkan John Quincy Adams dalam Pilpres USA.

Hasil survei seringkali menjadi alat untuk membentuk opini publik, terlebih menyasar kepada para swing voters.

Hal ini mirip dengan upaya framing dari media untuk calon dalam setiap kontestasi. Itulah mengapa sering muncul lembaga survei dan media partisan.

Entah kebetulan, hasil survei yang jadi bahan perdebatan, memenangkan pasangan petahana Olly Dondokambey-Steven Kandouw usungan Partai Demokrasi Indonesia (PDIP).

Menilik lebih dalam, secara kasat mata selama masa kampanye, PDIP memiliki Alat Peraga Kampanye (APK) jauh dominan dibanding milik pasangan kontestan pesaing.

Spanduk, baliho, bendera, selebaran dan APK lain milik PDIP bertebaran sejauh mata memandang.

Korelasinya di situ, strategi yang dimainkan PDIP cenderung mengarah ke teori Bandwagon Effect.

Istilah Bandwagon sendiri secara harafiah diterjemahkan sebagai kereta musik.

Ini mengacu pertunjukan sirkus/ musik di USA. Kereta akan membuat banyak orang mengarahkan pandangan dan turut menyaksikan.

Secara sederhana, dalam politik, Bandwagon Effect bertujuan untuk mempengaruhi psikologis pemilih menjatuhkan pilihan kepada calon yang diunggulkan/mayoritas menurut pengalaman visual.  

Bandwagon effect, bisa berarti efek yang terjadi kepada calon pemilih, tertarik memilih calon yang berpeluang lebih besar untuk menang. Ikut-ikutan atau latah.

Imbasnya, akan ada pasangan calon yang kesannya menjadi inferior. Pasangan ini akan mendapat Underdog Effect.

Tapi menurut riset, Bandwagon effect punya dampak lebih besar ketimbang Underdog Effect.

Bandwagon Effect sangat pas untuk pihak yang memiliki finansial kuat sekaligus kekuasaan lebih dominan.

Sebagai pasangan petahana, pasangan Olly Dondokambey-Steven Kandouw jelas menuai untung dari strategi ini.

NAMUN, melihat realitas politik teranyar, Christiany Eugenia Paruntu-Sehan Landjar kini bertransformasi tampil sebagai lawan sepadan bagi petahana.

Strategi Bandwagon Effect milik petahana teredam dengan edukasi politik pasangan Paruntu- Landjar dalam setiap kampanyenya.

Isu pro petani dan nelayan, primordialisme dan gender jadi amunisi andalan.

Hasilnya, pendukungnya terus bertambah. Satu hal yang membahayakan petahana, situasi ini mengarah ke pergerakan Silent Majority. Antitesis semua strategi politik.

Istilah Silent majority sendiri dipopulerkan Presiden USA ke-37, Richard Nixon ketika meminta dukungan rakyatnya soal perang dengan Vietnam.

Secara sederhana, Silent Majority  berarti kelompok masyarakat mayoritas yang selama ini diam dan menilai. Mungkin tak bisa vokal karena terkekang atau terintimidasi.

Mereka seperti menemukan oasis di momen yang tepat.

Lewat edukasi politik dan informasi dunia digital, mereka mulai berhitung dengan logika dan afeksi.

Sekarang atau tidak sama sekali. Now or Never!

Silent Majority ini tak pernah mengumbar pilihannya secara vulgar, terlebih di media sosial. Satu gerakan di TPS, sudah cukup.

Fakta Menarik, Sulut Kans Miliki 10 Kepala Daerah Wanita

Suara mereka akan berbaur dengan suara para militan dan massa swadaya yang selalu menyemut dalam setiap kampanye pasangan Christiany Paruntu-Sehan Landjar.

Menang mana strategi Bandwagon Effect Vs Silent Majority?

Hasilnya, Tunggu 9 Desember 2020.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *