Yang menarik dari pengucapan Kota Bitung adalah makanan yang tersaji, mayoritas berbahan dasar ikan tuna dan cakalang.
Kota Bitung menggelar Pengucapan Syukur pada Minggu (08/10/2017).
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian agenda menyambut Hari Ulang tahun (HUT) Kota Bitung pada tanggal 10 Oktober dan kegiatan Festival Pesona Selat Lembeh (FSPL) 2017.
Yang menarik dari pengucapan Kota Bitung adalah makanan yang tersaji, mayoritas berbahan dasar ikan tuna dan cakalang. Hal ini berbeda dengan pengucapan di Minahasa yang identik dengan aneka daging, nasi jaha dan dodol.
Baca: Pengucapan, Tradisi Minahasa yang Mirip Thanksgiving Day
Para warga Kota Bitung umumnya menyediakan masakan seperti ikan bakar, sashimi dan gohu cakalang. Nasi jaha yang disediakan untuk para tetamu juga berisi abon ikan tuna.
Selain itu, oleh-oleh untuk tamu juga berbeda, yakni ikan kaleng dari industri pengalengan ikan Kota Bitung.
Walikota Bitung Max Lomban kepada wartawan menjelaskan, pemerintah memang ingin menampilkan sesuatu yang beda dan berkesan dalam pengucapan Kota Bitung.
“Pengucapan Kota Bitung menyajikan apa yang menjadi ciri khas kota Bitung, yaitu ikan,” katanya.
Gubernur Sulut, Olly Dondokambey mengaku gembira dengan terobosan Pemerintah Kota Bitung. Menurutnya hal ini harus terus berlangsung dalam pelaksanaan tahun-tahun mendatang.
“Pengucapan syukur pemerintah dan masyarakat Kota Bitung memang sangat unik. Ini harus kita pertahankan, karena menggairahkan perekonomian nelayan dan petani,” katanya.
Kata Olly, kegiatan seperti ini akan menggerakkan sektor pariwisata karena menarik minat tamu dari daerah sekitar, bahkan wisatawan dari luar Provinsi Sulawesi Utara.
“Acara pengucapan syukur Kota Bitung bisa masuk ke kalender pariwisata Sulut jika rutin sebagai acara tahunan. Menu yang tersaji merupakan olahan dari ikan berbagai resep. Sangat menarik dan tentunya akan mengundang banyak wisatawan,” tambahnya.
Olly juga mengingatkan, acara pengucapan syukur tersebut bisa menjadi momentum masyarakat untuk terus membina kerukunan antar umat beragama di Sulut. Menurutnya, dalam budaya pengucapan meski tidak saling mengenal, tamu dari luar daerah bisa mencicipi makanan yang disajikan tuan rumah.
“Mari kita selalu menjaga kerukunan antar umat beragama dan saling menghargai antara satu dengan yang lain,” tegasnya.
Penulis: Habel Sirenden
Tidak ada komentar