Soal proses eksekusi juga selalu menjadi perdebatan yang tak bakal menyatu, bak dua sisi mata uang.
Namun jika mebalikkan logika, mereka yang setuju akan berargumen semua hewan juga harus mati terlebih dahulu sebelum masuk dapur.
Cara pukul sekali atau sembelih adalah cara yang sama agar tidak menyiksa binatang.
Dalam Festival tersebut, puluhan ribu anjing dan kucing menjadi objek pembantaian.
Bahkan menurut kepercayaan, cara eksekusi harus brutal dan kejam karena berkaitan dengan citarasanya. Semakin hewan-hewan tersebut ketakutan, akan semakin enak dagingnya.
Pun, pandangan anjing dan kucing yang masuk sebagai hewan sahabat manusia, kedua kelompok juga punya argumentasi masing- masing.
Meski kedua kelompok tak akan pernah bersepakat, mungkin satu hal yang bisa menjadi ‘jalan tengah’ proses eksekusi jangan terjadi di ruang publik. Yang bisa terekam dan nantinya menjadi sepihak dengan tidak lengkap.
Hal ini bisa mencegah stigma negatif yang kini tergeneralisir untuk semua orang Tomohon atau Sulawesi Utara.
Kenyataannya, tidak semua warga Tomohon, Minahasa, Manado atau Sulawesi Utara yang mengonsumsi daging-daging ekstrem tersebut. Mereka pun punya alasan beragam tidak mengonsumsi kuliner tak biasa tersebut.
Keunikan, keeksotisan dan kontroversi itu juga yang menjadi nama pasar Tomohon mendunia dan menjadi destinasi pariwisata.
Pasar Tomohon kini menjadi alasan utama wisatawan ke Tomohon mengalahkan wisata Danau Linow, Bukit Doa, Wisata Air Terjun atau Vihara Ekayana.
Bahkan, keunikan Pasar Tomohon bisa mengalahkan daya tarik festival Bunga Tomohon, wisata Volcano Gunung Lokon atau Wisata pertanian Rurukan.
Menariknya, tahun 2014 sebelum menjabat Presiden RI, Joko Widodo pernah mendatangi pasar Tomohon karena penasaran mendengar apa yang tersedia di pasar kuliner ekstrem tersebut.
Penulis: F. G. Tangkudung
Tidak ada komentar