Bertempat di kawasan konservasi Gunung Ambang Kecamatan Modayag, PT Pertamina (Persero) melepas 13 ekor Monyet Hitam Sulawesi (Yaki macaca nigra) ke alam liar.
PT Pertamina (Persero) Regional Sulawesi mempunyai cara tersendiri dalam merayakan HUT Pertamina ke 63 tahun, Rabu (25/11/2020).
Bekerjasama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan Yayasan Masarang, PT Pertamina (Persero) berkunjung ke Kabupaten Bolmong Timur.
Baca: HUT ke 63, Pertamina Donasi Panti Asuhan dan Pesantren di Sulawesi
Bertempat di kawasan konservasi Gunung Ambang Kecamatan Modayag, PT Pertamina (Persero) melepas 13 ekor Monyet Hitam Sulawesi (Yaki macaca nigra) ke alam liar.
Pelepasliaran ini terjadisetelah 13 Yaki Macaca Nigra, melalui rehabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasikoki.
VP CSR & SMEPP PT Pertamina (Persero), Arya Dwi Paramita mengatakan Program CSR Konservasi Yaki, merupakan program CSR Integrated Terminal Bitung Pertamina Regional Sulawesi dan PGE Area Lahendong, yang telah berjalan sejak 2017.
Menurutnya, Program CSR Pertamina terdiri dari 4 pilar, salah satunya adalah pilar Pertamina Hijau, yang melakukan konservasi keanekaragaman hayati.
Arya menyebut, apa yang dilakukan Pertamina merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap pelestarian flora dan fauna di Indonesia.
“Pertamina mempuyai 55 program konservasi di seluruh Indonesia. Banyak jenis flora dan fauna endemik, yang tentunya menyesuaikan kondisi wilayah masing-masing daerah,” ujar dia.
Untuk Sulawesi Utara, selain melepas Yaki,
Pertamina juga memberikan bibit pohon pakan alami yaki dan medical check up untuk animal keeper di Gunung Ambang.
Bersama Yayasan Masarang, Pertamina
memberikan edukasi kepada masyarakat tentang konservasi alam untuk melindungi satwa langka, melalui program Tasikoki Conservation Camp.
“Selain melepas Yaki, kami juga berikan edukasi bagi warga sekitar untuk menjaga alam termasuk didalamnya satwa liar,” tambahnya.
Setiap tahunnya, PT Pertamina menggalang donasi untuk konservasi monyet Yaki. Terhitung sejak 2017 donasi sebesar Rp550 juta telah tersalurkan untuk mendukung konservasi Yaki di Sulawesi Utara.
Sementara itu, Kepala BKSDA Sulut, Noel Layuk Allo mengatakan, Yaki yang lepasliar ini merupakan hasil penyelamatan dari perdagangan satwa illegal.
“Yaki yang lepasliar ke hutan liar merupakan Yaki sitaan BKSDA dari penjualan ilegal,” katanya.
Noel Layuk menambahkan, karena masuk dalam 25 jenis satwa yang terancam punah, maka warga sekitar Gunung Ambang untuk menjaga kelestarian alam.
“Saya minta masyarakat sekitar Gunung Ambang untuk membantu menjaga Yaki sehinggah tidak punah,” pungkasnya.
(ath)
Tidak ada komentar