Kunci Italia Juara, Bersatunya Para Legenda

F. G. Tangkudung
12 Jul 2021 13:29
Sport 0 216
3 menit membaca

Kunci Italia juara dan menahbiskan diri menjadi yang terbaik di benua biru karena bersatunya para legenda sepakbola Italia di timnas.

Timnas Italia resmi menjadi tim terbaik Piala Eropa 2020, usai mengalahkan Inggris, 3-2 lewat drama adu penalti, Senin (12/7/2021).

Tim biru putih sempat tertinggal di awal babak pertama lewat gol Luke Shaw menit ke 2.

Bermain sabar dan memperlihatkan kedalaman tim memainkan bola, Italia berhasil menyamakan kedudukan lewat Leonardo Bonucci menit ke 67.

Baca: Lionel Messi, 1 Turnamen, 4 Gelar, 3 Rekor Gila

Tak ada gol tambahan hingga waktu tambahan berakhir. Pertandingan berlanjut ke adu mental 11 meter.

Penendang Italia yang sukses adalah Domenico Berardi, Leonardo Bonucci dan Federico Bernardeschi. Sementara Andrea Belotti dan Jorginho gagal.

Untung, penendang Inggris lebih banyak yang gagal yakni Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka. Hanya duo Harry, Kane dan Maguire yang bisa menjalakan bola.

Jadilah Italia juara Eropa 2020, mengulangi sejarah 1968, prestasi yang sudah lebih dari 50 tahun.

Yang menarik, kunci Italia juara dan menahbiskan diri menjadi yang terbaik di benua biru karena bersatunya para legenda sepakbola Italia di timnas.

Adalah Legenda Sampdoria Roberto Mancini, kreator dan otak di balik keberhasilan itu.

Taktiknya sungguh jitu. Dia tahu keseimbangan tim, kapan menyerang dan harus bertahan.

Tapi, dalam memutuskan taktik dan strategi dia tidak sendiri. Mancio membawa tandem sehatinya di timnas dan Sampdoria, Gianluca Vialli. Waktu berduet keduanya dijuluki The Goal Twins.

Mancio secara khusus meminta Vialli menjadi pemimpin kontingen tim Italia, karena tahu persis visi dan kualitasnya.

Tak cukup, mantan kapten permanen Sampdoria itu, memboyong legenda Sampdoria lainnya, si Botak, Attilio Lombardo sebagai asistennya.

Bagi pecinta Seri A di era 90-an, nama ini begitu terkenal. Mungkin karena penampilannya yang ‘beda’. Mirip ingatan untuk pemain Bulgaria Yordan Letchkov,  di masa Hristo Stoichkov dan Emil Kostadinov.

Penasihat lain untuk Mancio adalah legenda Inter Milan, Gabriele Lele Orialli. Dialah sosok di balik kesuksesan Inter Milan masa Jose Mourinho dan teranyar, Antonio Conte.

Lele juga punya mental juara karena menjadi tim 11 ketika Italia merengkuh gelar Piala Dunia 1982.

Berikut, ada legenda AC Milan Alberigo Evani. Dia pun pernah menjadi rekan setim Mancini usai pindah ke Sampdoria.

Evani adalah pilar Italia di Piala Dunia 1994 dan bagian dari the dream team AC Milan era Franco Baresi.

Ada juga nama legenda AS Roma, Daniele De Rossi, yang turut mengantarkan Italia menjadi juara Piala Dunia 2006.

Menariknya, posisi Orialli, Evani dan De Rossi adalah gelandang sentral dalam tim.

Kekuatan di belakang layar inilah yang menjadikan taktik dan mental Italia begitu siap. Meski bermaterikan banyak pemain muda, Italia tampil ciamik selama turnamen.

Mancio hanya menyisakan dua legenda Juventus sebagai pemimpin tim di lapangan, tembok kembar Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini.

Keduanya mampu menjaga tradisi pertahanan Grendel ala Italia yang kesohor.

Terakhir, tentu saja calon legenda yang sudah mekar dalam tim di turnamen empat tahunan ini. Ada tiga pemain yang terlihat begitu menonjol.

Yang pertama, Gianluigi Donnarumma. Dia mampu menggantikan kerinduan kehadiran sang legenda satu nama, Gianluigi Buffon.

Donnarumma menciptakan rekor sebagai penjaga gawang termuda dalam Piala Eropa. Bahkan, dia menjadi pemain terbaik turnamen usai membawa Italia menang dalam dua adu penalti.

Dua calon legenda lain adalah, bek kiri pengganti legenda AC Milan Paolo Maldini, Leonardo Spinazzola. Terakhir ada nama Frederico Chiesa putra legenda Parma, Enrico Chiessa.

Di luar itu, seluruh penggawa Italia, total memberikan yang terbaik untuk dahaga gelar Eropanya. Terlihat mereka begitu kompak dan sukses menjaga kekeluargaan dalam tim. Beda dengan tim sebelah, Perancis.

Baca juga: Lupakan Messi, Argentina Juara Piala Dunia 2022

Kini Italia menatap Piala Dunia 2022. Sebelumnya, untuk beberapa waktu, biarkan mereka menikmati kemenangan dan membirukan kota Roma di hari kepulangannya. Forza Azzuri. (BangKipot).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *