Komunisme dan Kapitalisme dalam Lingkup Ekonomi

F. G. Tangkudung
4 Okt 2017 19:12
Pustaka 0 173
5 menit membaca

Sebuah Pengantar

Kedua ideologi ini sering disebut “kiri” untuk komunisme dan “kanan” untuk kapitalisme. Sejak adanya kedua ideologi ini negara-negara di dunia seakan masuk dalam sebuah babak baru. Era ideologi menjadi hal yang penting untuk setiap orang sebagai dasar pemikiran.

Secara filsafat, sebuah pemikiran akan teruji oleh pemikiran lain yang bertentangan sehingga akan melahirkan pemikiran baru sebagai kebenaran. Namun kebenaran itu kemudian akan menghadapi hal yang sama sehingga melahirkan sebuah kebenaran yang lebih baik lagi. Proses ini adalah dialektika.

Proses dialektika sudah ada sejak jaman Yunani kuno ketika para filsuf memperdebatkan tentang esensi dunia pada masa pra-sokrates. Setelah masa Sokrates, para filsuf Yunani lebih sibuk memperdebatkan masalah ide dan materi. Perdebatan yang tidak pernah selesai sampai jaman sekarang.

Pada jaman pencerahan para filsuf Eropa menemukan bahan perdebatan baru yang mereka anggap lebih seru ketimbang ide dan materi.

Jika ide dan materi berada dalam lingkup filsafat yang terlalu luas, maka jaman pencerahan membuat perdebatan yang lebih mikro yaitu dalam lingkup pengetahuan atau epistemologi.

Mereka memperdebatkan tentang sumber pengetahuan manusia. Dari mana manusia memperoleh pengatahuan? Para filsuf yang berkeyakinan bahwa ide merupakan awal dan dasar dari sebuah kehidupan akan menjawab bahwa pengetahuan manusia berasal dari rasio. Maka mereka disebut filsuf rasionalisme.

Begitu sebaliknya, pihak yang mengatakan bahwa materi adalah awal dan dasar kehidupan akan menjawab bahwa pengetahuan datang dari luar manusia yang masuk melalui indra. Maka mereka disebut filsuf empirisme. Hingga datang saat dimana seorang Immanuel Kant membungkam kedua pihak dengan menyatukan gagasan rasionalisme dan empirisme.

Pada masa yang sama, Adam Smith masuk kedalam pemikiran tentang sebuah negara kesejahteraan. Smith seakan meletakan pondasi pengetahuan yang kini kita sebut sebagai ilmu ekonomi. Padahal, Kant dan Smith adalah pemikir yang lebih terkenal pada bidang pengetahuan yang sama, yaitu moral.

Melalui sebuah mahakarya dengan judul yang cukup panjang, Adam Smith memulai benih dari ilmu ekonomi. Ekonomi pada masa itu bukanlah sebuah disiplin ilmu melainkan hanya sebuah tema dalam ilmu pengetahuan lain. Terbitnya The Wealth of Nations milik Adam Smith membuat ekonomi terpaksa berdiri menjadi disiplin ilmu baru.

Konsep kemakmuran dan kebebasan ekonomi

Dalam The Wealth of Nations sebenarnya Adam Smith bukan saja sedang menanam benih disiplin ilmu ekonomi. Ada hal yang lain dibalik pemaparan teorinya, yaitu menentang sistem ekonomi lama yang dikuasai oleh para pemuka agama dan pemerintah.

Secara singkat Smith berpendapat bahwa sebuah bangsa akan mencapai kesejahteraan jika perekonomian diberikan sepenuhnya kepada masyarakat luas. Hal ini memicu pergerakan besar oleh masyarakat Eropa untuk melancarkan revolusi industri.

https://newsantara.id/2018/10/02/ini-lagu-pasha-untuk-korban-gempa-yang-bikin-warganet-menangis/

Sebenarnya Adam Smith membuat kajian tentang ekonomi pada masa revolusi industri sudah mulai, namun masih terhalang oleh sistem lama yang belum bisa menerima hal itu. Melalui The Wealth of Nations inilah kemudian revolusi industri menjadi semakin gencar di Eropa.

Saat industrialisasi berkembang pesat, mengikuti pula perkembangan ilmu pengetahun lainnya seperti sains dan seni. Pada abad ke 18 inilah perkembangan ekonomi, sains serta seni secara liar berkembang hanya untuk satu tujuan, yaitu kemakmuran.

Teori Smith secara singkat mengatakan bahwa kegiatan ekonomi harus untuk sepenuhnya kepada masyarakat. Pemerintah sebaiknya tidak masuk keranah ekonomi karena dengan demikian maka kemakmuran bisa tercapai. Campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dianggap akan melemahkan pencapaian kemakmuran. Pemerintah cukup mengurusi masalah politik dan hukum saja.

Dengan kata lain, Smith menginginkan sebuah sistem ekonomi bebas yang akan membentuk sistemnya sendiri. Dalam kajiannya, Smith percaya bahwa akan ada invisible hand yang akan membentuk proses dan kegiatan ekonomi di masyarakat.

Atas pengaruh teori Smith tersebut maka tercipta berbagai macam teori lain yang mewarnai perkembangan ilmu ekonomi. Seperti teori pasar oleh Jean-Baptiste Say, teori moneter oleh David Richardo, dan lainnya. Dari awalnya hanya bertujuan untuk kemakmuran berubah menjadi semakin kompleks dan rumit.

Ekonomi bukan hanya tentang bagaimana manusia mampu memenuhi kebutuhannya, tapi lebih dari itu. Motif ekonomi menjadi beragam, selain untuk kemakmuran, juga untuk nama baik dan dominasi sosial.

Kesenjangan sosial akibat industrialisasi

Negara-negara Eropa berkembang karena dua hal, yaitu industri dan perbankan. Sistem pasar bebas yang dianjurkan oleh Adam Smith serta para pendukung teorinya seakan menjawab semua masalah ekonomi. Dimasa tersebut Eropa juga berjaya dalam melakukan kolonisasi dengan alasan ekonomi.

Dalam prakteknya, perekonomian Eropa secara langsung membentuk sebuah tatanan sosial baru. Sebelumnya Eropa hanya mengenal kelas sosial bangsawan, agamawan, militer, akademisi, dan rakyat biasa. Masa industrialisasi membuat kelas sosial baru yaitu para saudagar. Banyak rakyat biasa yang berubah menjadi saudagar kaya karena memiliki modal untuk membangun industri pribadi.

Setiap kegiatan ekonomi masyarakat selalu berdasarkan pada prinsip kepemilikan modal. Para pemilik modal akan mempekerjakan rakyat biasa sebagai buruh. Sistem yang berlaku adalah dengan memberikan upah kepada buruh sesuai dengan pekerjaannya. Masa itu belum ada yang namanya kontrak kerja, upah buruh sepihak oleh pemilik modal.

Buruh bekerja sesuai dengan tuntutan industri, sedangkan industri bekerja sesuai tuntutan pasar. Karena berdasarkan teori J.B. Say mengatakan bahwa “penawaran akan membentuk permintaannya sendiri.” Berdasarkan dalil itu industri secara berlebihan melakukan produksi barang. Sehingga barang yang terlalu banyak sedangkan permintaan cenderung tetap.

Hal itu secara langsung membuat harga barang-barang industri turun yang mengakibatkan upah buruh harus turun juga. Hal ini juga mengakibatkan terbiasanya pemilik modal membayar buruh dengan upah rendah. Tidak sebanding dengan pekerjaan buruh yang berat dan jam kerja yang bisa mencapai 10 sampai 12 jam per hari.

Hal inilah yang berlangsung cukup lama sehingga membuat para buruh terpaksa menerima upah yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Era industrialisasi justru menghasilkan kemiskinan yang di dominasi oleh para buruh. Kesenjangan ekonomi muncul pada masa itu, bahkan para ahli ekonomi sulit mencari jalan keluar untuk masalah ini.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *