Acara tersebut digagas MPR RI, dengan mengundang sejumlah netizen yang terdiri dari para blogger, vlogger, youtuber, facebooker, dan sejumlah media sosial lain. Kegiatan ini dihadiri 44 netizen dari 11 Provinsi di Indonesia.
MPR RI ingin menggandeng para netizen RI untuk turut menyuarakan arti persatuan sekaligus menyosialisasikan empat pilar kebangsaan.
Yang menarik, ketika selesai memberikan sambutan, Ma’ruf Cahyono menunjukkan kebolehannya membaca puisi. Puisi bertema kebangsaan tersebut langsung menggugah perasaan sejumlah netizen.
Puisi tersebut memang berbicara tentang rasa cinta Indonesia yang mulai luntur akibat egoisme dan sikap cuek warga negara. Namun ada rasa keoptimisan untuk mengubah hal itu, kuncinya adalah bersatu untuk persatuan.
Heidi Kristian Repi, pegiat media sosial asal Sulut mengaku tersentuh dengan rangkaian kata yang diciptakan Sesjen Cahyono. Menurutnya, bait per bait yang terucap, seakan menampar kami generasi muda untuk peduli dan menyayangi bangsa ini.
“Luar biasa, puisi tersebut bermakna sangat dalam. Puisi tersebut menggambarkan realitas saat ini. Kami tergugah dan tersadar, harus ada tindakan nyata yang harus dilakukan generasi muda untuk menjaga bangsa ini,” kata Repi yang juga guru di daerah terluar NKRI.
Menurutnya, jika puisi itu dimaknai oleh semua rakyat Indonesia, pasti tak ada lagi saling gontok-gontokkan atau saling benci antar sesama anak bangsa.
Berikut puisi lengkap karya Ma’ruf Cahyono:
Masih Indonesiakah kita?
Setelah sekian banyak jatuh bangun.
Setelah sekian banyak terbentur dan terbentuk.
Setelah sekian banyak tertimpa dan terbentur
Masihkah kita meletakkan harapan di atas kekecewaan?
Persatuan di atas perselisihan,
Kejujuran di atas kepentingan.
Musyawarah di atas amanah,
Ataukah keindonesiaan kita telah pudar tinggal slogan?
TIDAK…
Karena nilai itu harus kita lahirkan kembali,
Kita bumikan dan kita bunyikan,
dalam setiap jiwa dan raga manusia Indonesia.
Dari Sabang sampai Merauke,
Senyum ranah dan tegur sapa,
Gotong royong dan tolong menolong.
Kesantunan bukan anjuran akan tetapi kebiasaan
Kepedulian menjadi dorongan
Dari matahari terbit hingga terbenam
Kita akan melihat orang berpeluk tanpa mengeluk
Berkeringat karena semangat, kerja keras karena ibadah
Ketaatan menjadi kesadaran, kejujuran jadi kehormatan
Wajah mereka adalah Indonesia sebenarnya
Tangan mereka adalah indonesia sejati
Keluhuran budi mereka adalah indonesia sesungguhnya
Penulis: Kayla Carissa
Tidak ada komentar