Seorang bocah lelaki penjual koran, tampak mencari tempat beristirahat. Seharian dia beradu dengan teriknya mentari. Sebentar lagi senja akan tiba lalu berganti malam.
Sayangnya, hari itu keberuntungan belum berpihak kepada sang bocah. Sejak fajar merekah, tak satupun orang yang membeli dagangannya. Itu berarti, seharian tak ada uang untuknya.
Baca: Keajaiban Ada Bagi yang Percaya
Alih-alih membeli sepotong roti pengganjal perut, seteguk air bahkan jadi barang yang mahal. Dalam keadaan lapar dan dahaga, dia berteduh di depan teras sebuah rumah mungil nan asri.
Meski malu, dia coba mengetuk pintu rumah itu, mencoba meminta segelas air. Sekadar menghilangkan kering lehernya dan keroncongan perutnya.
Dari balik tirai, terlihat seorang wanita muda mengintip. Membuka pintu dengan senyuman di bibirnya.
“Bolehkah saya meminta segelas air?,” kata sang bocah memelas.
“Tentu saja, tunggu sebentar” jawab sang wanita, lalu bergegas ke dalam rumah.
Sekitar dua menit, wanita itu kembali dengan sepiring nasi dan segelas air.
“Kamu tentu sangat kelelahan. Ini minum dulu, lalu habiskan makanannya. Kebetulan hari ini kami memasak lebih,” kata sang wanita tak ingin menyinggung perasaan sang bocah.
Mata bocah ini berkaca, memandang dalam penuh kagum dan terima kasih kepada sang wanita.
Dia meraih gelas itu lalu meneguk separuh isinya. Tak hitung tiga, sang bocah menghabiskan sepiring nasi dengan lauknya, sembari menjawab beberapa pertanyaan dari wanita itu.
“Terima kasih, kak. Saya memang belum makan dari semalam. Semoga kebaikanmu akan dibalas Tuhan. Saya akan selalu mengingatnya,” kata bocah itu.
“Bagaimana saya bisa membalasnya?,” tanya dia lagi.
Sebelum sang bocah meninggalkan rumahnya, wanita itu merogoh kantongnya. Dia mengeluarkan uang Rp50 ribu untuk membeli koran. Dia tahu sang bocah tak punya kembalian.
“Kembaliannya, nanti setelah kamu dewasa dan sudah sukses,” guyonnya diamini sang bocah.
DUA PULUH TAHUN berlalu, wanita itu menderita sakit parah hingga koma. Keluarga sudah membawanya ke sejumlah rumah sakit namun keadaan tak membaik. Rumah dan hartanya banyak terjual untuk pengobatan.
Dia lalu dipindahkan ke sebuah rumah sakit lebih besar. Seorang dokter spesialis terbaik dipanggil menangani sang pasien.
Ketika memeriksa sang pasien, dokter tersebut langsung memerintahkan petugas rumah sakit untuk memberikan perhatian ekstra untuknya. Semua upaya terbaik dilakukan rumah sakit kepada pasien itu untuk kesembuhannya.
Waktu berlalu, sebulan kemudian wanita itu siuman. Kesehatannya berangsur membaik dan sembuh dari penyakitnya.
Tibalah hari kepulangannya. Wanita tersebut meminta tagihan pembayaran selama perawatannya.
Dia tahu, biayanya sangat besar. Dia sadar tak mampu lagi membayar biaya itu. Sang wanita berencana akan mencicil biayanya.
Datanglah, petugas rumah sakit membawa tagihan biaya pengobatannya selama lebih dari sebulan. Wanita itu tak sanggup untuk melihat nominalnya.
Namun usai berdoa, dia memberanikan diri melihatnya. Perlahan sang wanita membuka amplop dan melihat rincian pengobatannya.
Lembar pertama terlihat semua tindakan medis terbaik selama masa perawatannya. Dia lalu beralih ke lembar kedua.
“Telah dibayar lunas dengan sepiring nasi dan segelas air. Terima kasih, momen itu mengubah hidupku,” Hormat saya, dr. Howard Kelly
Air mata tak tersadar sudah menggenangi kelopak matanya. Kebaikan yang tak pernah diingatnya kini berbalas kebaikan.
Tak berapa lama, lelaki parlente berjubah putih, sudah berada di hadapannya.
“Bertahun-tahun saya mencari kakak. Namun rumah itu sudah berganti pemilik. Saya ingin berterimakasih kembali. Kebaikan kakak mengubah semangatku hingga sampai di titik ini,” ucap dr Kelly.
Penulis: Farezell Gibran
Tidak ada komentar