Kasihan, Laporan Asal Bapak Senang Permalukan Prabowo

F. G. Tangkudung
18 Apr 2019 03:02
Opini 0 173
3 menit membaca

Pemungutan suara Pemilihan presiden – wakil presiden sudah selesai. Hasilnya, sejumlah lembaga survei kredibel menempatkan pasangan 01, Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pemenang.

Selisih persentase perolehan suara menunjukkan Jokowi-Amin meninggalkan suara pasangan02,  Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di kisaran 8-11 persen.

Namun yang menarik, pasangan 02 tidak menerima hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei tersebut. Mereka bahkan menuding lembaga survei itu tidak netral dan sudah dibayar pihak 01.

Bukan hanya itu, Prabowo bersama sejumlah tokoh yang tergabung dalam Badan Pemenangan Nasional (BPN) balik mengklaim merebut kemenangan sekitar 62 persen.

Hasil real count pihak BPN usai pemungutan suara memenangkan Prabowo-Sandi. Prabowo Subianto bersama sejumlah tokoh bahkan melakukan sujud syukur atas kemenangan versi mereka.

Yang agak janggal adalah ketidakhadiran calon wakil presiden, Sandiaga Uno dalam prosesi sujud syukur klaim kemenangan itu. Kemungkinan, kini keduanya terlibat perbedaan pendapat menanggapi hasil sejumlah lembaga survei.

Sontak hal itu langsung mengingatkan publik pada pergelaran Pilpres 2014. Kala itu, Prabowo dan sejumlah orang melakukan sujud syukur karena menerima informasi kemenangan. Nyatanya, dalam pleno perhitungan manual di KPU, kemenangan itu ternyata hanyalah kepalsuan belaka.

Klaim kemenangan Prabowo dan timnya membuat publik merasa lucu, prihatin sekaligus kasihan.

Secara ilmiah, daftar lembaga survei berani mempertanggungjawabkan metodologinya. Pengalaman berbagai lembaga itu sudah berulangkali menunjukkan keakuratan dalam sejumlah pesta demokrasi.

Contohnya, adalah survei yang menyatakan Anies-Sandiaga menang dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017.

Kini publik mulai menarik simpulan, tudingan Prabowo kepada Jokowi tentang laporan ‘Asal Bapak Senang’ kini berbalik mengarah dan mempermalukan diri Prabowo Subianto.

Ketum Partai Gerindra itu terlalu terbawa perasaan (Baper) dengan laporan anak buahnya, dengan informasi  tidak akurat, Asal Bapak Senang

Jika melihat sekilas hasil sejumlah lembaga survei, memang pasangan Prabowo-Sandi mendapat kemenangan di banyak daerah. Hal itu jua yang mungkin menjadi alasan klaim kemenangan tersebut.

Namun, secara matematis hal itu tidak ada artinya jika lebih teliti membaca angka di balik persentase tersebut.

Mari kita tilik lebih dalam…

Secara kuantitas, memang kubu 02 menambah jumlah daerah kemenangan melewati 2014 silam. Pilpres kali ini, kemungkinan Prabowo-Sandi memenangkan 18 Provinsi berbanding 16 wilayah milik Jokowi-Amin. Pencapaian ini tentu menjadi prestasi yang harus diapresiasi untuk tim BPN.

Mungkin jika memakai metode Pilpres Amerika Serikat, Prabowo-Sandi akan tampil menjadi kampiun dalam Pilpres kali ini.

Tapi, Pilpres Indonesia berbeda, meski kalah secara kuantitas jumlah wilayah, Jokowi-Amin berhasil meraih mayoritas jumlah suara dukungan secara total.

Kemenangan Jokowi-Amin signifikan karena kemenangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dua dari tiga wilayah terbanyak pemilihnya. Bahkan, kemenangan Jokowi-Amin di bagian tengah dan timur Pulau Jawa itu terbilang telak, di atas 65 persen.

Hal ini mungkin sengaja tidak terbaca para anak buah sebelum memberi laporan kepada Prabowo.

Pada akhirnya, penentuan pemenang KPU sebulan lagi usai melakukan perhitungan manual dari tingkat bawah.

Namun, dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, rasa-rasanya hasil tersebut tak akan jauh berbeda dengan hasil sejumlah lembaga survei kredibel.

Publik kini mulai membayangkan bagaimana respon Prabowo Subianto jika hasil penghitungan manual KPU selaras dengan angka sejumlah lembaga survei itu.

Well wait and see…

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *