Maruf Amin terlihat mengunjungi Istana Merdeka untuk bertemu Presiden Indonesia Joko Widodo, Rabu (8/8/2018).
Hal ini langsung memberi sinyal kuat tokoh ulama tersebut menjadi sosok calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo.
Nama Mahfud MD sebetulnya sangat menguat dan mengemuka jelang hari deklarasi menjadi Cawapres Jokowi. Namun, ‘penolakan’ PBNU yang tidak memasukkan nama ahli hukum tersebut dalam daftar rekomendasi, membuat Jokowi berputar otak lagi.
Baca: Ini Pememang Pilpres 2019 Hitungan Matematika Politik
Kemungkinan besar Jokowi akan mengambil jalan tengah dan memilih Maruf Amin sebagai pendampingnya. Ada beberapa alasan kuat, yang membuat Ma’ruf Amin menjadi solusi cawapres selama ini.
Pertama, Ma’ruf Amin kini tercatat sebagai Rais Aam PBNU, organisasi Islam terbesar di Indonesia. Amin juga merupakan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan memilih Amin, Jokowi tak akan bisa terserang dengan isu anti ulama dan Islam.
Suara Nahdliyin bakal total mendukung Jokowi jika ulama sepuh ini menjadi orang nomor dua di republik ini. Ceruk massa Jawa Timur menjadi basis suara utama di Pilpres RI, selain Jawa Barat sebagai daerah pemilih terbanyak.
Kedua, memilih Amin tidak akan mendapat resistensi signifikan dari partai pengusung Jokowi. Selain non Parpol, dari segi usia Amin juga kemungkinan tak akan mencalonkan diri menjadi Presiden tahun 2024.
Amin akan menjadi representatif pihak netral dari sisi politis, dan tak memiliki ambisi di 2014. Selain itu, Amin juga bisa merangkul ketua PKB Muhaimin Iskandar yang hingga kini masih kukuh dengan ‘Join’.
Ketiga, kubu lawan yang menghadirkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Jokowi pas jika memilih Amin. Dia pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2007-2010), saat SBY menjabat.
Keempat, selain terkenal ulama, Maruf Amin juga makan asam garam dalam dunia politik. Dia pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta, DPR RI, dan anggota MPR-RI.
Kelima, pengalaman Amin di bidang ekonomi bisa menjadi nilai jual lebih, mengingat kondisi ekonomi RI yang kurang stabil.
Dia mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa (HC) dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012) dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah. Amin pernah menjadi ketua Komisi VI yang membidangi ekonomi. Selain itu, Amin juga pernah menjabat dewan pengawas syariah bank dan asuransi syariah.
Keenam, hubungan Amin dengan banyak tokoh negeri termasuk Presiden V Megawati Sukarnoputri relatif cair. Amin kini juga tercatat masuk Anggota Dewan Pengarah Badan pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Ketujuh, tapi bisa jadi yang terpenting, Amin pernah dekat dengan kubu koalisi oposisi. Ini terkait Fatwa MUI terkait penistaan agama. Maaruf Amin kemudian ‘berbalik arah’ pasca kesaksiannya dalam pengadilan kasus Ahok. Saat itu, Amin langsung didatangi Luhut Binsar Panjaitan dan Yenny Wahid.
Melihat sejumlah alasan itu, nama Ma’aruf Amin kini menyalip posisi Mahfud MD dan Moeldoko di posisi terkuat. Untuk saat ini, logis dan realistis jika Jokowi memilih Amin. Nama itu menjadi nama yang paling sedikit mendapat resistensi sejumlah pihak yang wajib didengar dan diakomodir Jokowi.
Latar belakang Amin dapat menjadi tambalan kekurangan Jokowi selama ini. Jokowi dan Amin dinilai bisa saling melengkapi, seperti halnya Jusuf Kalla dalam periode pertama.
Kini, publik tinggal menunggu hitungan jam deklarasi Capres-Cawapres yang akan berkompetisi pada Pilpres 2019. Adakah calon lain yang akan diajukan Jokowi?
We’ll wait and see…
Penulis: F. G. Tangkudung
Tidak ada komentar