Ironi Politik Indonesia, Elite Untung Rakyat Buntung

admin
24 Nov 2024 21:32
Opini 0 99
3 menit membaca

Rakyat Indonesia akan memilih kepala daerah masing-masing tanggal 27 November 2024. Sebanyak 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota yang akan segera memiliki pemimpin baru. Namun, ada ironi politik Indonesia.

Mungkin sebagian kecil masyarakat rakyat Indonesia sudah mafhum bahkan cenderung bosan, karena politik Indonesia itu hanya soal cara mengejar kekuasaan. Dengan cara apapun, bahkan dengan licik, kotor dan tanpa etika.

Politik bukan lagi tentang memperjuangkan Ideologi dan nilai kebangsaan. Dengan cara santun, berbudaya dan bermartabat.

Pernyataan Presiden ketujuh Indonesia, Jokowi yang mengatakan memilih mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono dengan alasan rekam jejak, sungguh menghina logika intelektual.

Tanpa tendensi atau berpihak pihak manapun, di pihak kompetitor RK-Sus ada nama Pramono Anung.

Dia adalah Sekretaris Kabinet selama 9 tahun, selama Jokowi menjabat Presiden Indonesia. Terhitung, Pramono Anung menjabat sejak 12 Agustus 2015 – 20 September 2024. Pram menggantikan Sekretaris Kabinet sebelumnya, Andi Wijayanto.

Kurang apalagi rekam jejak Pramono di mata Jokowi. Dia bahkan menjadi orang kepercayaan Jokowi selama 9 tahun. Memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabinet kepada Jokowi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Menjalankan 13 fungsinya, termasuk mengkaji dan memberikan rekomendasi rencana kebijakan dan program pemerintah.

Namun, begitulah politik. Esuk dhele, sore tempe (pagi kedelai, sore tempe).

Contoh lainnya, ketika Muhaimin Iskandar bisa tertawa terbahak-bahak usai bergabung dengan kabinet presiden Prabowo Subianto.

Publik langsung menyandingkan momen itu dengan foto Cak Imin saat menangis tersedu-sedu seperti anak kecil kehilangan permennya, di Jakarta International Stadium (JIS), sewaktu kampanye Pilpres.

Masih kurang? PDIP, partai yang memilih berseberangan dengan Anies Baswedan sejak kekalahan Ahok pada 2017, justru kini meminta Anies untuk bergabung memenangkan Pram-Doel demi mengerek suara.

Ada lagi, sejak pisah jalan dengan Jokowi di Pilpres 2024, PDIP menjadi partai yang paling keras menghantam Jokowi. Namun, di lain sisi, PDIP tak pernah tegas memberikan surat pemecatan untuk Jokowi.

Teranyar, lihat saja siapa saja yang mendapat kursi kekuasaan di pemerintahan Prabowo. Sebagian besar dari mereka adalah penghujat mantan Danjen Kopassus tersebut, sejak 2014. Termasuk yang menjadi wakilnya sekarang.

Memang, begitu mudahnya para elite berpindah posisi, semua hanya untuk mendapatkan kekuasaan.

Sementara, sebagian besar rakyat hanya menjadi objek pembodohan dengan retorika atau bingkisan, untuk mencapai kekuasaan mereka. Memang agak debatable, tapi silakan lakukan survei sendiri untuk mendapatkan jawaban yang sahih.

Lihat saja ke samping kiri dan kanan, masih ada teman bahkan saudara yang sampai saat ini masih bermusuhan karena perbedaan pilihan calon presiden. Sementara, para di elite sudah tertawa bersama menikmati pembagian kekuasaan.

Mungkin ini ada hubungannya dengan data BPS terbaru, April 2024 yang menyebut, hanya 66,79 persen, rakyat Indonesia yang menyelesaikan SMA.

Belum lagi survei terbaru situs the International IQ Test Januari 2024, yang menunjukkan rata-rata IQ orang Indonesia terendah di Asia Tenggara, bahkan di bawah Kamboja dan Laos.

Tewasnya pendukung calon Kepala Daerah di Sampang, Madura, Jatim hanya contoh kecil, kerasnya persaingan di akar rumput karena terprovokasi.

Sebaliknya, di tingkat elite, setelah memperalat pendukungnya untuk mendapatkan suara, tak lagi pusing dengan mereka.

Satu pesan, untuk para pendukung di tingkat bawah. Pemilu, Pilpres dan Pilkada nanti, sejatinya adalah pesta demokrasi Indonesia. Memilih pemimpin tanpa paksaan, tanpa iming atau tanpa bujuk rayu.

Pilihlah dengan logika dan rasionalitas. Pilih pemimpin yang punya etikabilitas, intelektualitas serta kapabelitas untuk memimpin, bisa mengayomi semua golongan dan lapisan. Mampu meningkatkan taraf hidup lebih baik.

Tak perlu terlalu fanatik, sampai harus gontok-gontokkan apalagi bunuh-bunuhan. Siapapun yang terpilih sudah punya garis takdir dari-Nya.

Yang terpenting untuk dipahami, siapapun yang terpilih, setelah itu para pemilih kembali ke rutinitas masing-masing. Berusaha sendiri.

Penjualan Turun, Nissan Tawarkan Pensiun Dini

Tak ada satu calon pun yang menjanjikan, pemilihnya nantinya bisa duduk di rumah berpangku kaki, semua kebutuhan rumah tangga ditanggung plus mendapatkan uang saku bulanan.

Selamat memilih calon Kepala Daerah… (fgt)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *