In Memoriam, Vichai Menyihir Rubah Jadi Raja Inggris

F. G. Tangkudung
31 Okt 2018 03:18
Sport 0 248
3 menit membaca

Mengambil alih Leicester City tahun 2010 dari Milan Mandaric, Vichai sadar posisi Leicester masih dalam kubangan divisi Championship.

Ketika Liga Inggris musim 2015/2016 mulai, orang gila pun tak pernah bermimpi untuk memprediksi Leicester City bakal masuk lima besar di akhir musim.

Melihat hasil 2014/2015 yang begitu minor dan lolos lubang jarum di beberapa pertandingan terakhir, banyak publik sepakat Leicester City bakal tergedradasi.

Namun, hasil akhir musim 2016 ternyata membuat semua mata publik sepak bola terbelalak dengan mulut terkatup tak percaya. Tim antah berantah itu justru tak terbendung menjadi juara Liga Inggris 2015/2016.

Hebatnya mereka mengangkangi dominasi klub besar bergelimang gelar macam MU, Arsenal, City, Chelsea dan Totenham. Kisah itu kemudian menjadi cerita dongeng ala Cinderella dalam sepak bola yang akan terkenang ratusan tahun.

Prestasi Leicester memang sangat luar biasa karena terjadi dalam ketatnya persaingan Liga Inggris, bukan seperti Liga Jerman atau Prancis.

Kehebatan tak masuk akal tersebut, ternyata adalah hasil buah tangan ‘sang penyihir’ yang notabene Presiden klub Leicester City, Vichai Srivaddhanaprabha.

Mengambil alih Leicester City tahun 2010 dari Milan Mandaric, Vichai sadar posisi Leicester masih dalam kubangan divisi Championship.

Empat tahun berselang, klub berjuluk si Rubah itu kemudian promosi ke Divisi Utama setelah menjadi kampiun dengan pelatih Nigel Pearson.

Setahun di Divisi Utama dengan prestasi kembang kempis, Vichai merekrut pelatih spesialis runner up, Claudio Ranieri untuk melatih tim bermaterikan para pemain kelas tiga tersebut.

Awal tahun 2015, tak ada pubilk sepak bola mengenal nama Jamie Vardy, Riyad Mahrez, N’Golo Kante, Shinji Okazaki atau Wes Morgan.

Yang mungkin terkenal hanya Kasper Schmeichel, tapi itu karena mendompleng nama besar ayahnya. Pun begitu dengan Robert Huth, yang merupakan pemain buangan Chelsea, Middlesbrough dan Stoke City.

Dengan koefisien 5000/1 untuk jadi juara di bandar judi, Leicester City justru mencatatkan sejarah dengan menembus batas nalar dan logika. Mereka menjadi tim yang sangat sulit terkalahkan, termasuk oleh lima tim langganan juara tersebut.

Jadilah Leicester menjadi pembicaraan publik sepakbola sejagat. Harga pemain yang semula seharga kerupuk, mendadak menjadi pemain papan atas.

Semua itu berkat sentuhan ala Midas sang penyihir, Vichai Srivaddhanaprabha, miliarder asal Thailand.

Namun, Sabtu (27/10/2018), berita duka datang usai pertandingan Leicester City Vs West ham United. Helikopter yang memuat Vichai Srivaddhanaprabha mengalami kecelakaan yang membuatnya tewas.

Upacara terakhir melepas sang presiden diadakan, Selasa (30/10/2018) di Stadion King Power. Sang penyihir itu telah pergi untuk selamanya. Namun kehebatannya akan terus terkenang.

Ternyata, selain kehebatannya dalam manajemen klub, dia adalah pribadi dermawan. Para pendukung menjadi saksi dia sering memberikan makanan, tiket atau apapun kepada para pendukung.

Yang menyentuh, ketika terungkap Vichai memberikan 60 tiket terusan untuk semusim kepada para bocah yang sakit di Leicester Royal Infirmary. Bukan hanya itu, Vichai menymbang  £2 juta atau senilai Rp40 miliar untuk pengembangan rumah sakit anak dan Universitas Leicester.

Wajar, kini semua pendukung sangat kehilangannya. Bukan hanya publik Leicester tapi semua pecinta sepakbola.

Ronaldinho, Menghibur dengan Trik dan Senyumannya

Kini patung Vichai Srivaddhanaprabha akan dibangun di Stadion kebanggaan Leicester, King Stadium. Nama Stadion juga akan diganti menjadi Stadion Vichai untuk menghormati jasa sang penyihir.

Selamat Jalan Vichai, beristirahatlah dengan tenang…

Penulis: Bang Kipot

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *