Gubernur Olly Dondokambey yang hadir dalam forum, akhirnya angkat bicara soal harga Kopra di Sulut yang juga belum stabil.
Harga kopra yang tidak menentu belakangan ini memang sangat dirasakan oleh petani kelapa di Sulut. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga kopra adalah Perdagangan minyak nabati.
Minyak nabati kata Olly, ada siklusnya. Jadi apabila siklus penjualan minyak nabati sedang dalam keadaan tinggi, otomatis harga kopra akan turun karena kurangnya permintaan.
“Pedagangan minyak nabati tak bisa diterka. Permintaan minyak nabati sesuai dengan siklusnya. Apabila naik maka otomatis penjualan kopra akan turun. Itu berlaku di seluruh dunia,” kata Olly.
Olly berharap keadaan ini bisa segera berakhir. Sehingga harga kopra di Sulut bakal naik kembali, dan petani tidak akan menjerit lagi.
“Yang namanya siklus pasti ada akhirnya. Semoga keadaan ini bisa cepat selesai, biar harga kopra naik lagi,” ujarnya dihadapan peserta forum.
Contohnya di Eropa, Olly menjelaskan bahwa dari bulan Maret hingga September 2018, permintaan akan minyak nabati sangat tinggi.
Produksi minyak nabati tinggi di eropa dan Amerika. Dan ini juga berdampak pada tanaman jagung, kedelai dan bunga matahari.
Ketiga tanaman penghasil minyak nabati ini akan banyak permintaan. Alhasil, kebutuhan disana tetap terpenuhi.
Hal itu menyebabkan produk pertanian dari negara-negara dia Asia, termasuk Sulut tidak akan terserap ke Eropa dan Amerika.
“Harga kopra ini tergantung dari permintaan luar, bila banyak permintaan maka akan naik. Jadi tidak ada permainan harga oleh pengusaha-pengusaha. Itu tidak benar,” pungkas Olly.
Diketahui, harga kopra di Sulut turun jauh sejak akhir tahun 2017 lalu. Saat ini harga pasaran kopra hanya Rp5.700 per kilo. Bahkan ada yang turun hingga Rp4.000 per kilogram.
Kopra adalah salah satu produk andalan petani Sulut untuk diekspor ke pasar Eropa dan Amerika.
Dinas Pertanian Sulut telah berupaya, namun harga kopra tetap belum stabil. Dan hingga kini harga tetap tak beranjak melebihi nilai Rp5.000 per kilogram.
Dari data Dinas Pertanian Sulut, tanaman pohon kelapa di Sulut telah mencapai usia tua. Rata-rata berusia diatas 30 tahun. Dan itu bisa mempengaruhi kualitas kopra yang dihasilkan.
Penulis : Lala Nvidia
Tidak ada komentar