Tahun 2018 Geopark Nasional (GN) Sawahlunto menjadi satu dari tiga geopark di Sumatera Barat yang menjadi Geopark Nasional.
Dua lainnya adalah Geopark Nasional Ngarai Sianok Maninjau dan Geopark Nasional Silokek Sijunjung.
Baca: Ngarai Sianok, Panorama Eksotis di Ranah Minang
Ada 50 situs di Sawahlunto yang jadi paket penetapan geopark nasional ini.
Kini, GN Sawahlunto sedang bersolek bersiap menjadi Unesco Global Geopark (UGGp) pada tahun 2022.
Geopark Sawahlunto memang bukan sekadar patahan dan cekungan. Wilayah ini sarat nilai histori dan punya nilai budaya sangat tinggi.
Penahbisan itu terjadi pada sidang komite World Heritage, Sabtu (6/7/2019) di Azerbaijan.
Ombilin Sawahlunto kini bersanding sejajar dengan Candi Borobudur, Candi Prambanan, Situs manusia purba Sangiran di Sragen, dan Sistem irigasi persawahan Subak di Bali.
Ombilin (kini menjadi Sawahlunto) merupakan Kota Tambang pertama di Indonesia.
Sawahlunto memang penghasil batu bara dengan kualitas terbaik. Kandungan batu bara ini tersebar pada blok-blok sesar yang mengiris wilayah ini.
Tambang batubara Ombilin memang sangat kesohor. Selain kualitas, tambang ini punya kisah tragis para pekerja paksa, yang dirantai untuk menambang hingga meninggal.
Kekayaan Bumi Ranah Minang ini menjadi objek eksploitasi Pemerintahan kolonial Belanda selama lebih dari 30 tahun, tepatnya tahun 1898 hingga 1932.
Peninggalan bekas tambang itu kini masih bisa terlihat antara lain: Lubang Mbah Soero dan Bangunan Gudang Ransoem.
Ada juga Sirene peringatan bahaya yang masih berfungsi dengan baik serta lokomotif Mak Itam yang terkenal.
Dari tinjauan geologi, situs ini memiliki cekungan Ombilin yang menghasilkan batubara yang terbentuk pada masa Eosen sekitar 40-60 juta tahun lalu. Ada endapan batu dengan ketebalan sekitar 700 meter.
Ada perbedaan mendasar situs warisan dunia dan Unesco Global Geopark (UGGp). Jika warisan dunia merujuk pada budaya sebuah tempat unik. Sedangkan UGGp adalah tinjauan secara geologi.
Kota Sawahlunto memang surga bagi traveler penikmat hijaunya alam. Kota ini membentang di kaki pegunungan Bukit Barisan, dengan luas 273,45 km2. Sekitar 30 persennya adalah kawasan perbukitan dengan hutan lindung.
Sawahlunto begitu sempurna untuk kota wisata tambang. Banyak destinasi sejarah dan keindahan alam yang begitu memesona. Wilayah ini juga jadi surga bagi traveler penikmat hijaunya alam.
Banyak destinasi sejarah dan keindahan alam yang begitu memesona.
Lubang ini adalah saksi pahit pertambangan sekaligus praktik kekejaman Belanda era penjajahan.
Para pekerja tambang yang merupakan kriminal dan tahanan politik dari Jawa dan Sumatera, harus bekerja siang dan malam.
Tubuhnya mulai dari leher, kaki dan tangan penuh dengan rantai, ini mencegah mereka melarikan diri.
Bukan hanya itu, makanan mereka jauh dari kata layak. Banyak pekerja yang meninggal kelelahan atau mendapat siksaan, terkubur di dalam lubang itu.
Nama Mbah Soero, konon merupakan nama mandor pertambangan tersebut.
Pemerintah daerah sudah merenovasi jalur ini menjadi tempat wisata yang layak dan aman.
Terlihat banyak anak tangga untuk memudahkan pengunjung menuju bawah tanah. Meski begitu, keaslian tempat ini masih terlihat.
Atap dan dindingnya masih terlihat berbahan batu bara. Tempat ini resmi menjadi objek wisata pada 23 April 2008, usai renovasi.
Kawasan ini terletak di Dusun Sungai Cacang, Desa Silungkang Oso, Kecamatan Silungkang, Kota Sawahlunto. Batu runcing adalah tumpukan batu karst (kapur) yang memang terlihat meruncing.
Lokasi ini menjadi spot fotografi yang menghadirkan panorama dengan keindahan luar biasa. Tempat ini juga sering menjadi lokasi untuk para pecinta olahraga ekstrem, panjat tebing untuk unjuk kebolehan.
Tingginya yang mencapai 30 meter memang mengundang daya tarik tersendiri bagi para pemanjat untuk menaklukkan puncaknya.
Wisata sejarah Sawahlunto memang sangat mengagumkan. Empat dari tujuh museum di Sawahlunto mengoleksi berbagai barang peninggalan masa lalu lengkap dengan foto-foto tempo dulu.
Museum Gudang Ransoem, Museum Tambang Batubara Ombilin, Galeri Info Box, Museum Kereta Api dengan lokomotif masa bahuela, Gedung Societeit juga Gedung Ons Belang.
Selain lokasi itu, GN Sawahlunto juga memiliki beberapa lokasi yang indah. Sebut saja, Danau Biru, Rumah bola, Taman Satwa Kandi juga Puncak Cemara.
Ada juga Kerkhof (pemakaman Belanda) di Lubang Panjang dan corong asap yang kini menjadi menara Menara Masjid Nurul Islam Kota Sawahlunto.
Wisata akan makin lengkap dengan kombinasi destinasi ala liburan keluarga, seperti Water Boom di Muaro Kalaban. (fgt)
Tidak ada komentar