Gas air mata akan menyebabkan tangis, mata nyeri, buta sementara, bersin, batuk dan sulit bernapas.
Tembakan gas air mata ke arah penonton menjadi awal tragedi mengerikan yang menewaskan 131 orang di Stadion Kanjuruhan Malang, (1/10/2022).
Mereka yang terpapar saling berebutan untuk keluar stadion. Parahnya, pintu stadion hanya terbuka 1,5 meter. Akibatnya, banyak yang terhimpit, pingsan hingga kesulitan benapas.
Apa itu Gas Air Mata?
Gas Air Mata adalah senjata kimia yang berupa gas untuk melumpuhkan, yang menyebabkan iritasi pada mata dan/atau sistem pernapasan.
Bahan kimia umum pada senjata ini antara lain gas CS (2-klorobenzalmalononitril, C10H5ClN2), CR (dibenzoksazepin, C13H9NO), CN (kloroasetofenon, C8H7ClO) dan semprotan merica (gas OC, oleoresin capsicum).
Penjelasan sederhananya, gas akan membuat iritasi membran mukus pada mata, hidung, mulut, dan paru-paru. Gejala iritasi muncul 20 hingga 60 detik setelah terpapar.
Ini menimbulkan sensasi rasa sakit seperti terbakar di area mata, hidung, kulit, rongga nafas, dan mulut. Akibatnya, akan menyebabkan tangis, mata nyeri, buta sementara, bersin, batuk dan sulit bernapas.
Pada paparan tinggi, akan menyebabkan sakit pernapasan, luka dan sakit mata parah, radang kulit hingga kerusakan pada sistem peredaran darah dan pencernaan, termasuk kematian.
Jelas bisa terbayangkan bagaimana mencekamnya situasi di dalam stadion Kanjuruhan pada malam mengerikan itu.
FIFA dan AFC akan mulai melakukan penyelidikan ihwal tragedi tersebut. Sepakbola Indonesia hanya bisa berpasrah menunggu akhir investigasi.
TGPF pun sudah turun untuk mengetahui kronologis dan fakta yang terjadi. Sementara itu, polisi telah menetapkan Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita sebagai tersangka.
Selanjutnya, ada Abdul Haris (Ketua Panpel), Suko Sutrisno (Security Officer), Wahyu SS dan BSA (Polres Malang), H (Brimob Polda Jatim).
Mereka terkena pasal 359 dan 360 KUHP tentang menyebabkan orang luka berat/ mati karena kelalaian dan dan pasal 103 ayat 1 jo pasal 52 UU 11/2022 tentang keolahragaan.
Banyak fakta yang mulai terungkap. Mulai dari stadion yang tidak layak, penolakan anjuran polisi soal bermain sore hari hingga petugas yang meninggalkan gerbang.
Baca: Tragedi Kanjuruhan, Duka Sepakbola Dunia
Ada juga soal penjualan tiket yang melebihi batas hingga oknum polisi yang membiarkan dan memerintahkan penggunaan gas air mata.(fgt)
1 komentar