Dulu Ditolak, Pembuat Hand Sanitizer dari Cap Tikus Kini Diburu

F. G. Tangkudung
19 Mar 2020 23:15
Berita 0 116
3 menit membaca

Yan Mongula, seorang petani Seho (aren) asal Sulawesi Utara, kembali memproduksi Hand sanitizer berbahan dasar cap tikus.

Sejak penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid19) meluas, masker dan cairan antiseptik pembersih tangan (Hand sanitizer) ramai diburu.

Kenyataannya, dua barang tersebut kini sangat langka di pasaran. Jika pun ada, harganya sudah melambung tinggi. Selain itu, ada pembatasan maksimum pembelian per orang.  

Baca: Cap Tikus 1978 Laris Manis di jakarta

Melihat hal itu, Yan Mongula, seorang petani Seho (aren) asal Sulawesi Utara, kembali memproduksi Hand sanitizer berbahan dasar cap tikus.

Tak hitung tiga, produk berlabel SEHO itu langsung mendapat banyak pemesan. Dia bahkan kini kelabakan memenuhi permintaan.

Dengan kadar alkohol di atas 70 persen, produk olahan Yan memenuhi persyaratan WHO sebagai cairan antiseptic untuk membunuh kuman dan virus.

“Semoga antiseptic SEHO ini bisa ikut  menolong pencegahan corona di Sulawesi Utara” katanya.

Yan Mongula menceritakan jatuh bangun yang pernah dia alami. Kata dia, hand sanitizer produksi industri rumahan ini sudah mulai sejak enam tahun lalu (2014). Sayang, usahanya tak mendapatkan dukungan banyak pihak.

“Khusus produk Hand Sanitizer bahan dasar cap tikus sudah beberapa kali dia tawarkan di apotek dan rumah sakit tetapi tidak dapat respon,” jelasnya.

Selain hand Sanitizer, Yan Mongula juga memproduksi Bio Ethanol, gula aren dan berbagai olahan dari pohon seho.  

Satu hal yang titip Yan Mongula, agar pemerintah dan aparat melihat hasil usahanya.

“Kami mengembangkan industri olahan dari pohon Seho, Ini adalah potensi masa depan petani Sulawesi Utara. Jangan kejar-kejar atau tangkap kami,” pungkasnya.

Cap tikus sendiri merupakan minuman beralkohol khas Sulawesi Utara hasil olahan dari pohon Seho. Petani cap tikus sering menjadi kambing hitam seiring maraknya aksi kriminalitas yang terjadi. Hal ini terus menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat, pemerintah dan aparat.

PEMPROV BAGIKAN HAND SANITIZER

Terkonfirmasinya kasus positif Covid19 di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (14/3/2020), membuat Pemerintah Provinsi mengambil sejumlah langkah pencegahan penyebaran.

Pemprov berencana membagikan hand sanitizer berbahan dasar cap tikus kepada masyarakat. Pemprov bahkan sudah memasok 30 galon @30 liter Cap Tikus dengan kadar alkohol 50 persen dari daerah penghasil.

“Hand Sanitizer yang langka di pasaran ternyata boleh buat dari dengan cap tikus, dengan catatan alkoholnya harus kadar 50 persen,” kata Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw, Rabu (18/03/2020).

Kandouw juga menjelaskan, larutan berbahan cap tikus ini bisa untuk penyemprotan disinfektan.

Rencana Pemprov tersebut mendapat sambutan baik masyarakat. Namun sebagian masyarakat yang kritis mempertanyakan kadar alkohol 50 persen kata Pemprov.

“Antiseptic Hand Sanitizer harus berbahan dasar alkohol 70 persen, kalau kadar alkohol Cuma 50 persen, tidak rekomended,” tulis Joppie Worek, wartawan senior Sulawesi Utara.

SARAN AHLI TENTANG PEMBUATAN HAND SANITIZER

World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia menganjurkan hand sanitizer harus memiliki kandungan alkohol minimal 60 persen. Jika di bawah kadar tersebut, keampuhan membunuh kuman, bakteri dan virus jauh berkurang.

Kepala pusat penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dr Yenny Meliana menyebut hand sanitizer buatan LIPI menggunakan alkohol 65-70 persen.  

Sekadar informasi, Pohon seho (Arenga pinnata) merupakan tumbuhan serbaguna dan memiliki banyak manfaat. Nama pohon ini beragam di berbagai daerah. Yang paling umum pohon ini dikenal dengan pohon enau atau pohon aren.

Tumbuhan ini menghasilkan gula aren, buah kolang-kaling, asam cuka, saguer dan cap tikus. Bukan hanya itu, kuncup pucuk daun pohon ini bisa menjadi rokok.

Tulang pada daun jadi bahan dasar bahan anyaman dan sapu lidi. Ijuk dari pohon ini sering jadi tali, sikat, sapu ijuk dan atap rumah atau gazebo.

Empulur bagian dalam batang pohon ini bisa menjadi tepung sagu, meski kualitasnya kalah dengan sagu rumbia. Sementara kayu batangnya biasa menjadi papan atau kasau. Akarnya pun sering menjadi tali pancing, senar gitar atau cambuk.

Penulis: Kayla Carissa

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *