Pemerintah Kota Manado meraih Predikat kurang baik dan memalukan. Dalam persiapan penilaian Adipura tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menilai Kota Manado masuk dalam 10 kota terkotor di Indonesia.
Baca: Ibu Bhayangkari Sulut Temukan ini di Bunaken
Pemberian predikat kota terkotor di Indonesia ini, langsung mendapat respon balik dari Wakil Walikota Manado, Mor Bastian. Menurut wakil walikota, Kota Manado tak seharusnya menjadi kota terkotor.
Dalam penilaian Adipura untuk kategori Kota Besar, sistemnya adalah pengelolaan tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang harus langsung sanitary landfill (sampahnya ditimbun dalam tanah).
“Persoalannya sejak banjir bandang tahun 2014, TPA Sumompo tidak lagi mampu menampung sampah warga. Sedangkan sistem sanitary landfill mengharuskan setiap sampah harus tertutup dengan tanah. Dan TPA Sumompo sudah tidak layak untuk hal itu,” katanya, Senin (14/01/2019).
Mor menambahkan, sejak beberapa tahun terakhir ini, Kota Manado memang tidak lagi mendapatkan Predikat Kota Bersih, karena permasalahan klasik ini.
“Pemkot Manado telah menandatangi MoU bersama Pemprov Sulut, untuk pembuatan TPA regional yang baru,” ujar Mor di Balai Kota Manado.
Kata dia lagi, kalau mau jujur Kota Manado saat ini termasuk bersih, bila indikatornya keberadaan sampah di dalam Kota. Namun untuk penilaian Adipura itu tidak masuk hitungan, karena Adipura menilai TPA Sumompo semata.
“Saya melihat Manado sudah cukup bersih, tapi karena TPA Sumompo tidak lagi mencukupi, makanya tidak bisa dinilai untuk Adipura,” jelasnya.
Untuk lokasi TPA yang baru, Mor masih menunggu informasi dari Pemprov soal lokasi TPA yang tepat.
“Jadi untuk saat ini, kita hanya bisa berusaha untuk mengurangi jumlah sampah di dalam Kota, dan membawanya di TPA Sumompo. Jadi sebenarnya bukan kotanya yang kotor,” pungkas Mor.
Untuk kota terkotor metropolitan jadi milik Kota Medan. Sementara kota terkotor kategori kota sedang, jatuh kepada Sorong, Kupang, dan Palu.
Untuk kota kecil terkotor yaitu, Waisai (Raja Ampat, Papua Barat), Waykabubak (Sumba Barat), Buol (Sulawesi Tengah), Ruteng (Manggarai, NTT), dan Bajawa (Ngada, NTT).
Penulis : Emmanuel Athlon
Tidak ada komentar