Perayaan Tahun Baru Imlek di Klenteng Ban Hing Kiong Kota Manado selalu berlangsung meriah. Bukan hanya saat detik-detik pergantian tahun, namun juga ketika perayaan Cap Go Meh.
Cap Go Meh jatuh pada hari ke-15 yang melambangkan hari terakhir masa perayaan Tahun Baru Imlek.
Baca: Waruga, Sarkofagus Historis di Utara Minahasa
Sebelum perayaan Cap Go Meh ada prosesi upacara seperti upacara sembahyang rezeki Bwe Ge, pembersihan klenteng, upacara Sang Sin, upacara Tie Sik, sembahyang Thau Ge dan upacara Sie Sin.
Prosesi tersebut adalah pelemparan kayu Poa Poe sebagai simbol meminta izin kepada Yang Kuasa untuk prosesi Goan Siau Cap Go Meh. Sepasang Kayu Poa Poe akan terlempar sebanyak tiga kali.
Jika dua kayu tertutup bersamaan atau terbuka bersamaan dalam tiga kali lemparan, berarti Cap Go Meeh tidak bisa terlaksana di Klenteng Ban Hing Kiong.
Sebaliknya, jika ada lemparan yang membuat satu kayu tertutup dan lainnya terbuka, itu pertanda perayaan prosesi Goan Siau Cap Go Meh mendapat restu.
Perayaan Cap Go Meh di Klenteng ini selalu padat wisatawan dan puluhan ribu masyarakat lokal.
Dalam perayaan Cap Go Meh di Klenteng ini, jalanan sekitar daerah Kampung Cina (Pecinan) Manado akan tutup.
Masyarakat akan tumpah ruah memadati jalan sekitar Klenteng yang menjadi rute arak-arakan kio tangsin (wadah roh suci). Selain itu ada juga pikulan, kuda Lo Cia, pertunjukan Barongsai.
Perayaan Cap Go Meh di Manado menjadi unik karena memasukkan budaya lain di Sulawesi Utara seperti tari kabasaran, musik bambu, musik bia dan lainnya di depan parade.
Perayaan Cap Go Meh di Klenteng ini memang selalu ramai karena kemeriahan dan keunikannya.
Lalu di manakah Klenteng Ban Hing Kiong? Bagaimana sejarahnya?
Klenteng Ban Hing Kiong yang berada di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Calaca Kecamatan Wenang, Kota Manado.
Kawasan ini populer dengan sebutan kampung China atau Pecinan di Kota Manado. Klenteng ini memang terkenal sebagai klenteng tertua di Sulawesi Utara.
Perantau Tionghoa ikut bangsa Eropa ke Manado. Mereka berdagang di kawasan yang kini menjadi Pusat Kota atau Pasar 45 Manado.
Dari letaknya, Pecinan memang hanya berjarak kurang lebih 400 meter dari Pelabuhan Manado. Itu berarti Klenteng ini sudah menjadi tempat ibadah sejak masa dinasti Ming.
Klenteng ini pada awalnya hanya berupa bangunan kecil berdinding papan dan beratap rumbia.
Penamaan Ban Hing Kiong merujuk dari 3 suku kata. Ban artinya banyak, Hing berarti berkat/ kebaikan melimpah dan Kiong berarti istana.
Secara Harafiah, Ban Hin Kiong bisa berarti sebagai istana untuk meminta banyak kebaikan dan berkat.
Klenteng tersebut kemudian mengalami pemugaran menjadi semi permanen dan persemiannya pada tahun 1819.
Pada tahun 1839 klenteng ini lengkap dengan rumah abu (Kong Tek Su). Sejak itu klenteng ini ini beberapa kali mengalami renovasi tepatnya rentang tahun 1854-1859 dan tahun 1895-1902.
Setahun kemudian Klenteng ini kembali berdiri menyerupai bangunan sebelumnya. Pada 10 September 1994, peresmiannya lewat upacara sembahyang besar.
Bangunan klenteng ini penuhi dengan simbol-simbol mulai dari pintu masuk, luas halaman, bentuk bangunan hingga bagian dalamnya.
Klenteng ini juga memiliki dua meriam zaman VOC yang diberikan pemeritah Kolonial Belanda pada tahun 1788.
Tak jauh dari Klenteng tersebut, terdapat dua klenteng yakni Klenteng Kwan Kong dan Klenteng Altar Agung.
Penulis: F. G. Tangkudung
Tidak ada komentar