Anxiety Disorder, Gangguan Kesehatan Mental

F. G. Tangkudung
11 Feb 2023 22:00
Berita 0 315
3 menit membaca

Kesehatan Mental sebagai prioritas seluruh dunia, begitu inti dari tema peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia (10 Oktober) tahun 2022.

“Make Mental Health and Well Being for All a Global Priority”

World Federation of Mental Health (WFMH)  mengambil tema tersebut berdasar riset selama masa pandemi Covid-19. Hasilnya memang cukup mencengangkan, 75 persen penderita depresi di negara berpenghasilan tinggi, tidak mendapat perawatan memadai.

Sebaliknya, untuk negara berpenghasilan menengah dan rendah, penderita malah tak mendapat penanganan sama sekali. Hal inilah yang berpotensi melipatgandakan penderitan gangguan kesehatan mental.

Menjadi lebih serius, gangguan kesehatan mental kini bercokol di posisi enam angka kematian terbanyak untuk penyakit tak menular. Gangguan kesehatan mental berada di bawah penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, gangguan pernapasan kronis dan ginjal.

Gangguan Kesehatan Mental

Sebenarnya gangguan kesehatan mental cukup beragam. Mulai dari stres biasa, Anxiety Disorder, Major depressive disorder (MDD), Post-traumatic stress disorder (PTSD), Skizofrenia dan Bipolar. Ada juga Attention Deficit Hperactivity Disorder pada anak-anak.

Pun, kebiasaan aneh seperti Demensia, Obsessive Compulsive Disorder (OCD), Anoreksia nervosa, Bulimia nervosa, Binge eating disorder, dan lainnya.

Sayang, tingkat literasi masyarakat soal gangguan kesehatan mental begitu buruk. Mulai dari kalangan bawah bahkan hingga mereka yang berpendidikan akademik, masih awam soal ini.

Semua yang mengarah ke gangguan mental selalu bersinonim dengan ‘orang gila’. Akibatnya, muncul diskriminasi untuk menghindari stigma negatif. Anggota keluarga yang terindikasi mengalaminya harus disembunyikan. Akan jadi aib besar jika itu menguap ke publik.

Tambah parah, toleransi masyarakat di Indonesia. Alih-alih membantu para penderita, justru bulian, diskriminasi dan perundunganlah yang bermunculan. Pada akhirnya, penderita gangguan kesehatan mental tak mendapat penanganan medis, dan menjadi lebih parah.

Anxiety Disorder merupakan gangguan kesehatan mental dengan menunjukkan rasa cemas ekstrem terhadap satu hal. Mungkin, kaca mata orang lain akan melihat kondisi ini, antara lucu dan iba.

Ketakutan atau kecemasan itu sebuah hal tidak berdasar, bahkan di luar logika.

Namun, jika berada di posisi penderita, barulah orang lain akan menyadari, hal itu sangat mengganggu. Mereka juga tak menginginkan hal itu terjadi.

Jika pada tingkatan kecemasan parah, akan ada gejala fisik yang menyertai, seperti sesak nafas, gemetar, menangis, pusing dan berteriak. Penderita ini akan kesulitan tidur dan berpikir logis.

Jenis-jenis Anxiety Disorder

Secara medis tipenya memiliki beragam jenis seperti Generalized Anxiety Disorder, Social Anxiety Disorder, Panic Disorder, Fobia, Agorafobia, Selective Mutism dan Substance-induced Anxiety Disorder. Ada juga Separation Anxiety Disorder, Anxiety Disorder due to a Medical Condition dan Gangguan Kecemasan Lain.

Anxiety Disorder, Hadapi dengan Tenang dan Cinta

Ilustrasi (Pixabay.com)

Cara Mengatasi 

Dengan pendekatan yang benar, penderita Anxiety disorder bisa kembali beraktivitas normal. Tentunya dengan psikoterapi dan medikasi.

Dengan terapi perilaku kognitif (CBT) dan exposure therapy, dokter pskiater akan perlahan menurunkan tingkat keparahan hingga berangsur ringan.

Selama proses itu penderita akan mendapat obat-obatan antidepresan, penenang atau anti cemas. Sekali lagi, penderita harus mendapat penanganan yang tepat. Mereka bukan aib. Mereka juga tak pernah berharap mendapatkannya dan ingin untuk hidup normal.

Baca: Inovasi Vio Optical Clinic.(fgt).