Siapa juara dunia catur paling hebat yang pernah ada? Bagi mereka yang mengikuti sejarah perkembangan catur, tentu saja tak ada perdebatan. Nama King Magnus Carlsen berada di posisi teratas. Kemampuannya sudah jauh melebihi semua juara catur yang pernah lahir.
Jumlah gelar juara dunia, durasi mempertahankan gelar hingga kestabilan penampilan, Carlsen sudah membuktikan dia adalah juara dunia catur terhebat yang pernah ada.
Mungkin masih ada komunitas yang menempatkan Bobby Fischer, Anatoly Karpov atau Garry Kasparov sebagai pecatur terhebat. Kembali lagi ke tadi, ini soal pengetahuan, pemahaman dan konsistensi mengikuti sejarah perkembangan catur.
Namun yang menarik, bagaimana jika pertanyaan dibalik. Sejak era Wiiliam Steinitz hingga Ding Liren, siapa juara dunia catur yang paling lemah?
Memang, harus diakui perkembangan catur dan kemunculan juara dunia catur bergantung situasi. Tentu saja yang paling berpengaruh ketika era perang dunia I dan II. Saat itu banyak nama besar yang harus tenggelam seiring waktu karena perang yang masih berkecamuk.
Nama-nama seperti Paul Keres, Akiba Rubinstein atau Rashid Nezhmetdinov adalah segelintir nama yang punya kemampuan mumpuni, namun tak pernah menjadi juara dunia catur.
Ada tiga nama yang mengapung untuk menjawab pertanyaan ini. Mungkin akan banyak yang terluka, namun newsantara coba mengupasnya secara objektif melihat rating dan kemampuannya.
Max Euwe merebut gelar juara dunia catur pada tahun 1935 ketika mengalahkan juara dunia waktu itu, Alexander Alekhine. Waktu itu Euwe berusia 34 tahun, sementara Alekhine berusia 42 tahun.
Pertandingan berlangsung selama 30 partai dengan format siapa yang lebih dahulu mendapat lebih dari 15 poin akan menjadi juara dunia. Hasilnya, Euwe menang tipis atas Alekhine dengan skor 15,5 melawan 14,5.
Jadilah Euwe menjadi juara dunia baru. Euwe adalah juara dunia asal Belanda pertama dan satu-satunya sampai saat ini. Namun, Alekhine punya hak untuk meminta tarung ulang.
Tahun 1937, pertandingan ulang Euwe Vs Alekhine berlangsung. Hasilnya, Alexander Alekhine berhasil membalas dendam sekaligus meraih kembali gelar juara dunianya.
Sayang setelah itu, terjadi perang sehingga rivalitas keduanya tak berlanjut. Tahun 1946, Alekhine meninggal dunia saat masih menyandang gelar juara dunia.
Nama ini mungkin akan menyulut kemarahan sejumlah penggemarnya. Tapi secara objektif, gaya permainan Mikhail Tal terlalu riskan untuk catur klasik. Mungkin lebih tepat, gaya Mikhail Tal sekarang lebih cocok untuk permainan catur cepat atau catur kilat.
Gayanya yang kerap berkorban menteri sesekali memang mengundang decak kagum, tapi lebih sering justru berbuah petaka.
Tipikal pecatur taktikal seperti itu tak akan berkutik ketika melawan pecatur yang matang teori posisional. Lihat saja bagaimana pertemuan Tal melawan pecatur seperti Karpov, Kasparov, David Bronstein, Lev Polugaevsky, Efim Geller atau Rashid Nezhmetdinov.
Itu juga alasan Tal harus menyerah kepada Mikhail Botvinik dalam partai ulangan tahun 1961.
Nama terakhir adalah juara dunia yang masih memegang gelarnya, Ding Liren asal Tiongkok. Dia menjadi juara dunia tahun 2023 usai mengalahkan Ian Nepomniachtchi asal Rusia.
Ding menjadi juara dunia pertama dan satu-satunya dari Tiongkok di sektor putra.
Sayang, sejak menjadi juara dunia tahun 2023 Ding Liren menghilang lama dari dunia catur. Kabarnya, dia harus menjalani rehabilitasi karena kondisi fisik dan mentalnya sangat terganggu.
Awal tahun 2024, Ding kembali tampil di catur klasik. Hasilnya, dia menjadi bulan-bulanan para pecatur GM Super. Ding bahkan terlihat bukan sebagai seorang juara dunia catur.
Ding Liren mengakui belum bisa mengembalikan kondisinya sejak merebut gelar juara dunia. Jika kondisinya terus memburuk, bisa dipastikan Ding Liren terancam kehilangan gelar juara dunia.
Mungkin ada satu nama yang berada di jajaran mereka, yaitu Vladimir Kramnik (Rusia). Namun, satu yang menjadi kredit besar untuk Kramnik adalah saat menjadi juara dunia, dia mengalahkan Garry Kasparov. (BangKipot)